Bahkan ketika kami duduk berdekatan seperti ini.
"Aku besok pulang!" Â Kataku lirih, menahan isak.
Ingin sekali sebenarnya kumuntahkan seluruh cerita, tapi aku tak mampu berkata-kata. Setiap kali kubuka mulutku, aku harus berjuang menahan tangis yang menyesaki dada.
Tak ada lagi kata yang tersisa.
Aku pikir ia akan terkejut mendengar ucapanku tadi, tapi yang kudengar hanya helaan panjang nafasnya.
"Aku sudah tahu. Birk memberitahuku kemarin."
Birk teman kami. Aku memang sudah memberitahunya. Birk tahu segalanya. Semua cerita. Apakah Birk juga sudah menceritakan semuanya kepadanya ?
"Birk sudah memberitahuku. Semuanya" , suaranya tampak pelan dan hati-hati.
Hatiku semakin patah. Dia tahu semuanya, tapi yang dilakukannya hanya menghela nafas. Ia bahkan tidak menatapku. Ia menatap lurus ke depan, ke kejauhan.
Padahal aku ingin ia memelukku. Meyakinkan semua baik-baik saja.
Seperti dulu.