"Banyak kamera jadi sangat mungkin kita diawasi dua puluh empat jam. Oh iya, kamera yang mengarah ke tangga itu jenis surveillance seperti yang dipakai militer dan kepolisian."
"Artinya jelek atau bagus?" sahut Zulfikar.
"Biasa saja, sih, maksudku, gerak-gerik kita benar-benar diawasi."
"Kau sedang apa?!" Kiki melihat sebal pada Komang yang tiba-tiba bersedekap  dengan dada membusung dan wajah mendongak kearah kamera.
"Siapa tahu aku bisa kerja sambilan jadi model kalau  kelihatan bagus di kamera," cetus Komang.
"Bercanda tidak pada tempatnya. Itu kamera keamanan," gerutu Kiki.
"Kan sama-sama kamera," Komang tidak mau kalah. Dia mengusap-usap seragamnya dari atas ke bawah supaya lebih licin.
Seragam latihan mereka berupa setelan lengan panjang dan celana panjang berwarna merah hati dari bahan campuran katun dan linen yang kelihatan halus dan licin namun lentur, ringan, dan cepat menyerap keringat. Seragam itu terlihat seperti baju formal namun jika dipakai terasa seperti kaos oblong.
Ada garis putih pada lingkar leher seragam atasan yang tak putus memanjang dari bahu sampai pinggang. Garis pada celana berada sejajar dengan garis pada atasan yang menjadikannya seolah menyatu dari leher sampai kaki. Di dada kiri  menempel emblem nama si pemilik seragam.
"Teman-teman, bukankah kita harus turun sekarang?" Arun menengahi.
Zulfikar mengangguk lalu  bergerak ke arah tangga. Yang lain mengikuti tanpa dikomando.