Karlie memutar pandangan untuk melihat keadaan temannya yang lain. Dari kilasan matanya dia melihat  Yasmine hampir menangis karena tak kuat mengangkat karung wortel.
Fikar lalu mengambil-alih karung dari tangan Yasmine. Fikar memanggil Arun untuk membantunya. Pada akhirnya Johan dan Komang berdiri di atas bak mobil lalu memberikan karung-karung itu pada Firzan, Fikar, dan Arun yang memanggulnya sampai lapak.
Yasmine tak putus-putusnya menggerutu dan pada akhirnya hanya dia satu-satunya yang tidak mengangkat satu karung pun. Ketika semua karung sudah berpindah ke lapak dengan cepat,  rasa terpesona dan jatuh cinta Yasmine pada Ikbal luntur saat itu juga.
Ikbal memberikan botol-botol air mineral kepada para Slugger dan membiarkan mereka istirahat selama sepuluh menit sebelum kembali ke Akademi.
"Kalian capek?" tanya Ikbal.
Mereka terlalu lelah untuk menjawab. Ikbal tersenyum melihat mereka kepayahan, tapi sama sekali tidak merasa kasihan
"Ayo kita kembali ke Akademi untuk sarapan. Setelah itu kalian akan latihan Membidik dan Memanah, bukan?!" kata Ikbal.
"Iya, Mentor," hanya suara jawaban pelan dan lelah yang terdengar.
Ikbal memimpin mereka semua kembali ke asrama melewati jalan yang sama seperti ketika mereka berangkat dari Akademi.
Mereka sampai dan langsung masuk ke kantin. Bersamaan dengan mereka masuk pula sepuluh orang Grunt Satu yang juga baru selesai lari pagi.
"Sudah kuduga tahun ini kau jadi mentor pendamping," kata laki-laki bermata bulat berkelopak tipis. Kulit wajahnya warna coklat muda tapi mulus dan bersih. Keringatnya berkilat-kilat kena cahaya matahari.
"Ya, Jee, tahun depan kau yang dapat giliran," jawab Ikbal.
Jee mendengus tertawa, "Gak akan."