Pagi itu, Jaka Someh berjalan menyusuri jalan setapak menuju suatu perkampungan di wilayah Subang. Dilihatnya pemandangan sawah yang terhampar hijau karena terawat dengan baik oleh para pemiliknya. Aliran air dari saluran irigasi sederhana tampak lancar mengairi sawah-sawah dan perkebunan di wilayah tersebut.Â
Dilihatnya beberapa petani sedang berjalan menyusuri pesawahan sambil bercakap-cakap riang dengan teman-temannya. Jaka Someh terus berjalan hingga dia berpapasan dengan sepasang suami istri setengah baya yang sedang berjalan menuju kebun ladangnya. Mereka tersenyum ramah kepada Jaka Someh, kemudian mereka menyapanya
"Permisi akang...mohon maaf akang ini hendak pergi kemana dan  dari mana berasal?"Â
Jaka Someh terkesima dengan sikap mereka yang ramah. Jaka Someh pun menjawab sambil tersenyum ramah, dia berkata
"Eeh...anu bapak dan ibu saya cuma numpang lewat, saya  dari jauh mau pergi ke arah selatan..."Â
Masih dalam keadaan tersenyum, mereka mempersilahkan Jaka Someh
"Ooh...silahkan  Kang...silahkan...semoga selamat sampai tujuan"Â
Mereka pun pergi sambil menganggukan kepala sebagai tanda kesopanan dan rasa hormat pada tamu yang baru mereka temui tersebut. Jaka Someh segera melanjutkan perjalanannya dan memasuki area perkampungan. Di dalam perkampungan itu, dia melihat banyak warga sedang melakukan berbagai aktivitas.Â
Wajah mereka dipenuhi oleh semangat yang penuh kegembiraan. Beberapa dari mereka bekerja secara berkelompok dan nampak begitu rukun dan guyub. Sambil berjalan, Jaka Someh terus mengamati keadaan di sekitar perkampungan itu.Â
Dia membuat kesimpulan bahwa kampung itu adalah kampung yang makmur, sejahtera, aman sentosa dan rakyatnya hidup bahagia serta penuh kerukunan. Tidak terlihat adanya rasa khawatir akan ancaman dari orang asing.