"Sebenarnya ini ide Leeteuk hyong. Waktu itu mereka datang karena tersesat, salah satu dari mereka sakit, jadi Leeteuk hyong pikir tidak apa-apa menolong mereka. Lagipula, mereka tidak tau identitas kami," jawabku, "oh ya, yang kumaksud mereka adalah Xili dan dua temannya, semuanya gadis."
"Tidak tau identitas kalian? Mana mungkin!!! Apa mereka datang dari kutub selatan? Padahal katamu mereka orang Guangzhou?"
"Aku juga agak heran sih, tapi memang begitu kenyataannya, hyong."
"Tapi kalian sudah terbiasa dan akrab dengan mereka?"
"Ya. Kalau ada waktu luang datang main ke apartemen kami deh hyong, biar bisa lebih akrab dengan mereka. Yang namanya Yifang malah enak diajak ngobrol. Hangul mereka semua bagus lho."
"Oke deh, aku akan ke tempat kalian kapan-kapan."
"Hyong, aku pesan menu biasa yah. Aku akan ngobrol dengan Xili."
"Ya. Kau tunggu saja yah."
Aku tersenyum dan menepuk bahu Hangeng hyong. Aku keluar dapur dan duduk di samping Xili.
"Kok kau bisa kesini, Xili?"
"Ah, tadi aku Cuma jalan-jalan, tapi mencium bau yang enak dari resto ini, jadi aku masuk. Tapi aku tidak bawa dompet, benar-benar memalukan. Kalau tidak ada Donghae oppa aku tidak tau mau bagaimana tadi," curhat Xili, pipinya kemerahan.