Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

No Other, The Story (06/55)

19 Januari 2019   12:04 Diperbarui: 19 Januari 2019   12:11 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

MEIFEN'S DIARY

CHAPTER 6

WHY I LIKE YOU

Perjuangan kami usai. Aku tau kami sekarang benar-benar sudah ada di apartemen KRYSD. Meski aku tidak mengenali pria yang sepertinya seorang dokter ini, aku bisa mengenali Donghae dan Kyuhyun. Itu cukup menjadi bukti kami berada di tempat yang tepat. Kyuhyun baru saja menutup pintu depan tepat setelah si pria dokter memanggilnya. Keenam koper kami yang berat itu sudah dipindahkannya ke dalam. 

Aku tidak menyangka bahwa dia memang sangat tinggi. Mataku mengikuti langkahnya masuk ke sebuah pintu yang terlihat dari ruang tamu. Kamarkah? Tak lama kemudian dia sudah keluar membawa kotak besar peralatan. Ketika melihat Kyuhyun memberikan kotak itu pada pria dokter, aku mendengar isakan tertahan. Aku kaget melihat Xili menangis. 

Hatiku kalut melihatnya menangis. Bagaimanapun, dia adalah yang paling muda di antara kami. Seharusnya kami melindunginya, kan? Yifang juga pasti tak ingin melihatnya menangis.

                "Xili..." panggilku, suaraku tidak lebih keras dari bisikan.

               Xili masih juga menangis. Aku pasrah dan memperhatikan gerak-gerik si pria dokter ketika mengeluarkan stetoskop. Dia mulai memeriksa dada Yifang, perutnya, mendengar detak jantungnya...

                "Jangan khawatir, Leeteuk hyung akan menyembuhkannya. Dia dokter yang hebat, kau tau," ujar Donghae.

                Aku melihatnya meletakkan kedua tangannya di bahu Xili, lalu isakan Xili berhenti. Ya, Donghae pasti bisa membuatnya tenang. Si pria dokter, yang menurut Donghae tadi namanya adalah Leeteuk, selesai memeriksa Yifang dan berdiri.

                "Dia Cuma kelelahan, kurasa. Dia pingsan. Dia harus istirahat dulu, tunggu dia sadar kembali, aku baru bisa periksa keadaannya," terang Leeteuk.

                "Ah, kamsahamnida," ujarku tulus.

                "Tidak perlu berterimakasih. Kalian..."

                "Namaku Qian Meifen, ini Huang Xili, dan yang pingsan ini Mai Yifang. Kami semua dari Guangzhou."

                "Oh, kalian dari China!" celetuk Donghae, matanya membulat.

                "Kami ingin dengar cerita kenapa kalian bisa tersasar, tapi kurasa sekarang bukan waktu yang tepat. Kalian juga pasti kelelahan. Kalian sebaiknya istirahat," saran Leeteuk.

                "Dan kalian...?" Tanya Xili dengan suaranya yang kecil.

                "Kami? Kalian tidak mengenal kami?" Kyuhyun, untuk pertama kalinya buka suara, dan suaranya memang sangat bagus.

                Aku bertukar pandang dengan Xili, dan acting kami keren sekali: wajah kami sangat bingung, sangat meyakinkan.

                "Tidak," jawabku mantap, sambil menggelengkan kepala.

                Jangan kira aku tidak menyadari mereka bertiga bertukar pandang kaget. Rupanya Donghae yang duluan sadar dari kekagetannya, karena dia yang pertama kali bicara lagi.

                "Aku Lee Donghae, ini Cho Kyuhyun, dan dokter ini, Park Jungsu, tapi kami semua memanggilnya Leeteuk," jelas Donghae.

                "Apa kami juga boleh memanggil Leeteuk-sshi?" Tanya Xili.

                "Boleh, tentu boleh," jawab Leeteuk sambil tersenyum, dan kulihat dia punya lesung pipi persis seperti punyanya Yifang, "nah, kalian tidur disini saja malam ini. Yifang bisa dibawa ke kamarku."

                "Kami bagaimana?" tanyaku.

                "Xili, kau bisa tidur di kamarku," kata Donghae dan Kyuhyun pada detik yang sama.

               Aku kaget sekaligus iri. Baik, Xili sudah diperebutkan, sedangkan tak ada yang peduli padaku. Aku mendengus keras. Xili hanya memandangi mereka berdua bingung, lalu memandang Leeteuk.

                "Aku... err... mau sekamar dengan Yifang onnie, kalau bisa?" Tanya Xili.

                "Kalau begitu kau tidur di kamarku, karena aku sekamar dengan Leeteuk hyung," jawab Donghae.

                "Nah, Kyu, kau bisa memberikan ranjangmu untuk Meifen. Begitu saja," atur Leeteuk.

                "Ya. Donghae hyung, Leeteuk hyung, kita bisa tidur di kamar yang lainnya malam ini, soalnya mereka besok juga belum pulang. Aku akan tidur di kamar Kibum hyung," ucap Kyuhyun.

                "Kami bisa tidur di kamar Yesung. Nah, ayo, aku akan membopong Yifang, Hae, kau buka pintu kamar. Kyu, kau antar Meifen ke kamarmu."

                Aku melihat Yifang sekarang sudah dalam gendongan Leeteuk.

                "Err... Leeteuk-sshi, kamsahamnida," kataku sekali lagi.

                Leeteuk tersenyum dan mengangguk, lalu bersama Donghae dan Xili, berjalan masuk ke pintu yang dimasuki Kyuhyun tadi.

                "Ehm, ayo, Meifen. Kamarku dan kamar Sungmin hyung yang paling belakang, berseberangan dengan dapur," ajak Kyuhyun.

                Aku mengangguk dan mengikuti langkah Kyuhyun. Sekarang aku sibuk memperhatikan apartemen KRYSD. Apartemen mereka terlihat bersih dan terawat. Di ruang tamu tadi ada satu set sofa empuk berwarna oranye, lengkap dengan meja, beberapa alat fitness, dan TV LCD besar. Wallpaper di ruang tamu juga dihiasi dengan wajah KRYSD. Setelah melewati ruang tamu, aku masuk ke lorong yang lebar, dan melewati dua ruangan di kanan dan kiriku, pintu yang di sebelah kiri agak lebih di depan dibanding pintu yang di kanan, mungkin itu kamar juga, soalnya pintunya tertutup. Ketika langkah kami terhenti, aku melihat lorong sudah berakhir, dan mengintip ke sebelah kananku, dimana disana ada dapur yang luas, kulihat peralatan masaknya cukup lengkap, ada meja makan besar di tengah dapur, meja itu berwarna putih, juga semua lemari dan keramik di dapur itu, berwarna putih. Aku melihat lantai tempatku berpijak, dari depan sampai belakang, lantai kayu Jepang yang tebal mengilap dan bersih. Keren. Ini apartemen mahal, tegasku.

                "Yang ini kamarku."

                Aku nyaris terlonjak mendengar suara Kyuhyun. Dia membuka pintu di sebelah kirinya, bisa dibilang agak berseberangan dengan dapur, pintu berwarna cokelat sama seperti pintu-pintu lainnya, dan sudah membuka lampu sehingga kamar di dalamnya terang benderang. Aku melewatinya dan masuk ke kamarnya. Ada satu ranjang di sisi kiri kamar, seprai ranjang itu berwarna pink.

                "Ehm, ranjang yang itu punya Sungmin hyung. Ranjangku di dalam sana."

                Aku mengikuti langkahnya memasuki kamar yang luas, yang ternyata agak jauh di sebelah kiri dalam, agak tertutup tembok dari depan, ada ranjang lagi yang menempel di sebelah jendela. Seprai dan bantalnya berwarna putih bersih.

"Aku sarankan kau tidur di ranjangku saja. Toilet dan kamar mandi ada tepat di samping kamarku ini. Ada lagi yang kau perlukan?"

                Aku menggeleng. Kyuhyun sangat ramah, dan akhirnya dia tersenyum.

                "Aku akan ada di kamar yang tadi kita lewati, yang di seberang kamarku. Kalau kau butuh apa saja, boleh panggil aku. Selamat malam."

                Aku melihatnya menghidupkan AC sebelum menutup pintu. 22 derajat. Sekarang aku benar-benar sendirian, di kamar pria yang tidak kukenal. Duh, perasaanku jadi aneh. Aku melihat-lihat keadaan kamar. Meski ini kamar pria, rupanya Kyuhyun dan Sungmin termasuk pria yang rapi. Ada dua lemari di sana, (satu yang besar sekali berpintu empat berwarna pink, yang berpintu dua di seberangnya berwarna putih), dua meja (juga ada laptop mereka masing-masing, punya Sungmin, sepertinya, yang di dekat pintu depan, lagi-lagi, berwarna pink, kurasa punya Kyuhyun yang di dekat ranjangnya ini, laptop putih), di antara ranjang Sungmin dan lemari pink ada sebuah keyboard. Rasa kantuk menyerangku seketika, padahal tadinya aku masih ingin melihat-lihat kamar idola gadis-gadis muda ini. Sudahlah, itu bisa besok. Mudah-mudahan besok Yifang sudah sembuh, jadi kita bisa diskusikan langkah berikutnya. Aku duduk di ranjang Kyuhyun, empuk sekali, lalu menarik selimutnya ketika aku berbaring di ranjangnya. Ranjangnyapun ada bau wangi, seperti bau parfum atau aftershave, aku tidak tau.

                Aku membuka mataku ketika merasakan angin sejuk menerpa wajahku. Dimana aku? Itu pikiran pertama yang merasuk ke otakku. Kamar dengan wallpaper berwarna pink muda ini... ahh aku ingat. Aku sekarang di apartemen KRYSD, tepatnya di kamar Kyuhyun dan Sungmin. Jam berapa sekarang? Aku meraba saku celana jeans-ku dan menemukan ponselku masih di sana, menariknya keluar dan melihat sekarang sudah hampir jam 8 pagi. Aku pasti kelelahan kemarin. Aku bangkit dari ranjangku yang nyaman, mematikan AC dan membuka tirai jendela besar yang ada di kamar itu. Cahaya matahari musim panas merambat masuk, dan jalanan Seoul yang ramai terlihat di bawah sana. Aku menggerak-gerakkan badanku sebentar dan memutuskan keluar. Hal pertama yang kulihat di luar adalah dua koperku, diletakkan di samping pintu kamar. Entah siapapun yang memindahkan ini, darimana dia tau yang dua ini adalah koperku? Padahal kami total membawa enam koper kan? Tapi kesibukanku berpikir terusik dengan bau sesuatu digoreng. Aku mengintip ke dapur dan melihat Donghae sedang sibuk disana. Mungkin karena merasa ada yang melihatnya, maka Donghae menoleh dan bertemu pandang denganku. Dia terlihat lucu memakai celemek berwarna hijau muda, sekarang tengah memegang penggorengan di kedua tangannya. Dia tersenyum padaku.

                "Pagi, Meifen," sapanya ramah, "aku sedang memasak sarapan. Yah, tidak bisa dibilang memasak sih, aku Cuma menggoreng telur. Kalau-kalau kalian mau sarapan dengan roti panggang, selai dan telur mata sapi?"

                "Hah? Untuk apa begitu repot pada kami?" tanyaku heran.

                "Aku tidak merasa repot kok. Lagian bisa diangap kalian adalah tamu kami. Ah ya, Leeteuk hyung sudah pergi kerja setelah memeriksa Yifang tadi. Kopermu tadi Kyu yang pindahkan, dia tidak enak kalau harus membangunkanmu."

                "Tapi bagaimana dia tau yang dua ini koperku?"

                "Yifang sudah bangun soalnya. Dia sudah lebih sehat dari kemarin, tapi menurut Leeteuk hyung, tekanan darahnya agak rendah, jadi hyung mau dia tinggal disini dulu. Yifang masih di kamarku."

                "Aku... ehm... ke toilet dulu."

                Donghae mengangguk. Aku melihat dua pintu di seberang dapur, ragu harus masuk ke yang mana, tapi akhirnya aku memilih pintu yang sebelah kiri. Ternyata itulah kamar mandi yang luas, ketika masuk ke kamar mandi mereka yang semuanya serba berwarna putih, aku langsung bisa melihat bathtub luas disana, dan di sebelah dalam setelah melewati tembok, ada tirai yang menutupi toilet kecil dan shower. Aku menuju wastafel yang bersebelahan dengan pintu lalu mencuci mukaku. Wajahku tadi pasti terlihat mengerikan. Mudah-mudahan Donghae tidak terlalu memikirkannya. Ketika keluar dari kamar mandi, kulihat Donghae sekarang sibuk di meja, menyiapkan sarapan.

                "Meifen, kau mau makan roti panggang dengan selai, atau dengan telur, atau telur saja?"

                "Roti panggang dengan selai. Tapi aku bisa..."

                "Selai blackcurrant tidak masalah, kan?"

                "Iya, tapi... Donghae-sshi, aku bisa menyiapkannya sendiri!"

                "Tidak apa-apa. Biar aku saja. Yifang sudah menunggumu di kamarku, tadi aku mengantarkan bubur padanya. Kau kesana saja, aku nanti antarkan sarapanmu juga."

                Aku melihatnya mengoleskan selai pada rotiku. Well, aku bisa apa lagi? Sebaiknya aku temui Yifang secepatnya. Namun baru sampai ke ruang tamu, belum sempat membuka pintu kamar Donghae yang tertutup, aku mendengar suara bel ditekan. Aku tidak sopan kan kalau membukakan pintunya?

                "Err... Donghae-sshi, kalian ada tamu," panggilku dengan suara agak keras.

                "Em, Meifen, aku agak sibuk disini. Bisakah kau tanyakan siapa dia?" balasnya dari dapur.

                "Baiklah."

                Aku mendekati mesin suara di sebelah pintu, lalu menekan tanda On. Kurasa mesin itu sudah hidup sekarang.

                "Siapa disitu?"

                "Ya~ berani-beraninya kau Tanya aku siapa? Dan kau siapa, cewek? Cepat buka pintu, dasar kurang ajar!" teriak suara pria di depan.

                Aku langsung tersinggung. Apa maksudnya, coba? Bilang aku kurang ajar? Kenapa tidak kubuka pintunya dan langsung kutonjok saja orang ini?

                "Donghae-sshi, dia bilang aku kurang ajar~"

                "YA! BUKA PINTUNYA! AKU HEECHUL!"

                "Ah~ buka saja, Meifen. Itu Heechul hyung," teriak Donghae dari dapur sana.

                Emosiku agak teredam mendengar suara Donghae, tapi aku tidak yakin keinginanku untuk menonjok siapa yang di balik pintu itu sudah teredam. Aku membuka pintu dengan agak kasar, dan melihat siapa itu Heechul hyung-nya Donghae. Begitu melihat wajahnya, aku tidak bisa menonjoknya. Atau tepatnya, aku tidak berani menonjoknya. Aku tidak pernah melihat pria yang begitu cantik. Aku ulangi. CANTIK. Matanya besar dan kulit wajahnya semulus dan seputih susu, bibirnya kemerahan. Tapi di balik kecantikannya itu, aku melihat sisi pria di sorotan matanya yang kebingungan.

  " "

You you, when you say "love you love you, i love you"

 
You make me believe

 

You you, when you silently silently look into my eyes and laugh you make me laugh

 
The reasons why I like you

                "Kau pacarnya siapa? Donghae?"

                Aku mengedipkan mataku, tak tau mau menjawab apa. Suaranya tak lagi sekeras tadi, tapi sudah lembut.

                "Ah, hyung, dia bukan pacarku."

                Aku menoleh dan melihat Donghae sedang berdiri di depan pintu kamarnya sambil membawa nampan besar berisi beberapa roti yang ditumpuk, dua botol selai dan beberapa lapis telur mata sapi. Tak lupa juga ada beberapa piring, garpu, sendok dan sumpit. Dia mau pesta ya?

               "Meifen, bisa tolong ambilkan nampan di belakang yang isinya gelas-gelas dan sirup jeruk? Nanti bawakan ke dalam. Hyung, ayo ikut aku ke dalam."

                "Tapi siapa dia, Hae?"

                "Bukan siapa dia, hyung pasti nanti akan menanyakan siapa mereka. Ikut saja aku masuk dulu, biar nanti semuanya jelas."

                Aku hanya mengedipkan mataku bingung saat Heechul melewatiku dan membantu Donghae membuka pintu kamarnya. Satu pria lagi yang perlu kuingat namanya. Si galak-cantik bernama Heechul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun