Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

No Other, The Story (06/55)

19 Januari 2019   12:04 Diperbarui: 19 Januari 2019   12:11 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                Aku melihatnya menghidupkan AC sebelum menutup pintu. 22 derajat. Sekarang aku benar-benar sendirian, di kamar pria yang tidak kukenal. Duh, perasaanku jadi aneh. Aku melihat-lihat keadaan kamar. Meski ini kamar pria, rupanya Kyuhyun dan Sungmin termasuk pria yang rapi. Ada dua lemari di sana, (satu yang besar sekali berpintu empat berwarna pink, yang berpintu dua di seberangnya berwarna putih), dua meja (juga ada laptop mereka masing-masing, punya Sungmin, sepertinya, yang di dekat pintu depan, lagi-lagi, berwarna pink, kurasa punya Kyuhyun yang di dekat ranjangnya ini, laptop putih), di antara ranjang Sungmin dan lemari pink ada sebuah keyboard. Rasa kantuk menyerangku seketika, padahal tadinya aku masih ingin melihat-lihat kamar idola gadis-gadis muda ini. Sudahlah, itu bisa besok. Mudah-mudahan besok Yifang sudah sembuh, jadi kita bisa diskusikan langkah berikutnya. Aku duduk di ranjang Kyuhyun, empuk sekali, lalu menarik selimutnya ketika aku berbaring di ranjangnya. Ranjangnyapun ada bau wangi, seperti bau parfum atau aftershave, aku tidak tau.

                Aku membuka mataku ketika merasakan angin sejuk menerpa wajahku. Dimana aku? Itu pikiran pertama yang merasuk ke otakku. Kamar dengan wallpaper berwarna pink muda ini... ahh aku ingat. Aku sekarang di apartemen KRYSD, tepatnya di kamar Kyuhyun dan Sungmin. Jam berapa sekarang? Aku meraba saku celana jeans-ku dan menemukan ponselku masih di sana, menariknya keluar dan melihat sekarang sudah hampir jam 8 pagi. Aku pasti kelelahan kemarin. Aku bangkit dari ranjangku yang nyaman, mematikan AC dan membuka tirai jendela besar yang ada di kamar itu. Cahaya matahari musim panas merambat masuk, dan jalanan Seoul yang ramai terlihat di bawah sana. Aku menggerak-gerakkan badanku sebentar dan memutuskan keluar. Hal pertama yang kulihat di luar adalah dua koperku, diletakkan di samping pintu kamar. Entah siapapun yang memindahkan ini, darimana dia tau yang dua ini adalah koperku? Padahal kami total membawa enam koper kan? Tapi kesibukanku berpikir terusik dengan bau sesuatu digoreng. Aku mengintip ke dapur dan melihat Donghae sedang sibuk disana. Mungkin karena merasa ada yang melihatnya, maka Donghae menoleh dan bertemu pandang denganku. Dia terlihat lucu memakai celemek berwarna hijau muda, sekarang tengah memegang penggorengan di kedua tangannya. Dia tersenyum padaku.

                "Pagi, Meifen," sapanya ramah, "aku sedang memasak sarapan. Yah, tidak bisa dibilang memasak sih, aku Cuma menggoreng telur. Kalau-kalau kalian mau sarapan dengan roti panggang, selai dan telur mata sapi?"

                "Hah? Untuk apa begitu repot pada kami?" tanyaku heran.

                "Aku tidak merasa repot kok. Lagian bisa diangap kalian adalah tamu kami. Ah ya, Leeteuk hyung sudah pergi kerja setelah memeriksa Yifang tadi. Kopermu tadi Kyu yang pindahkan, dia tidak enak kalau harus membangunkanmu."

                "Tapi bagaimana dia tau yang dua ini koperku?"

                "Yifang sudah bangun soalnya. Dia sudah lebih sehat dari kemarin, tapi menurut Leeteuk hyung, tekanan darahnya agak rendah, jadi hyung mau dia tinggal disini dulu. Yifang masih di kamarku."

                "Aku... ehm... ke toilet dulu."

                Donghae mengangguk. Aku melihat dua pintu di seberang dapur, ragu harus masuk ke yang mana, tapi akhirnya aku memilih pintu yang sebelah kiri. Ternyata itulah kamar mandi yang luas, ketika masuk ke kamar mandi mereka yang semuanya serba berwarna putih, aku langsung bisa melihat bathtub luas disana, dan di sebelah dalam setelah melewati tembok, ada tirai yang menutupi toilet kecil dan shower. Aku menuju wastafel yang bersebelahan dengan pintu lalu mencuci mukaku. Wajahku tadi pasti terlihat mengerikan. Mudah-mudahan Donghae tidak terlalu memikirkannya. Ketika keluar dari kamar mandi, kulihat Donghae sekarang sibuk di meja, menyiapkan sarapan.

                "Meifen, kau mau makan roti panggang dengan selai, atau dengan telur, atau telur saja?"

                "Roti panggang dengan selai. Tapi aku bisa..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun