Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksi Mini: Dot

6 Oktober 2025   19:50 Diperbarui: 6 Oktober 2025   19:50 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan pulang dari kampus, aku terkenang masa belasan tahun lalu.

Sejak kecil aku tidak pernah bermain dengannya, padahal kami tetangga. Setiap aku mendekat pada gadis itu, orang tuanya selalu menghalau. Tidak secara langsung, tapi dapat kurasakan.

Ia bebas bermain dengan anak laki-laki mana pun, kecuali aku. Ingin kuadukan hal ini pada orang tuaku, tapi aku khawatir Ayah atau Ibu melabrak orang tuanya. Dan seiring berjalannya tahun, kupahami bahwa orang tuaku dan orang tuanya pun tak pernah bertegur sapa.

Ketika aku dan teman-teman sekolah di TK dan SD yang sama---terdekat dengan permukiman kami, Vina sekolah di tempat lain. Begitu juga dengan SMP dan SMA, ia seolah dijauhkan dariku oleh orang tuanya.

Aku tahu namanya dari teman-teman yang bisa bermain dengannya.

Tapi saat kuliah, orang tua Vina tak punya pilihan. Kami menimba ilmu di kampus yang sama, dan sial bagi mereka, kami bahkan satu kelas!

Aku berkeras hati mendekati Vina. Ia pun ternyata demikian. Kami sengaja pergi dan pulang kuliah bersama. Kupikir Ayah dan Ibu akan memintaku menjauhi Vina, rupanya sedikit pun tidak. Sebaliknya, orang tua Vina habis-habisan melarang Vina dekat denganku.

"Banyak kisah beredar tentang orang tua kita, entah mana yang benar," keluh Vina suatu hari.

"Kamu gak takut dimarahi karena pulang bareng aku lagi?" tanyaku.

"Bodo amat, aku udah gede," jawab Vina di boncengan motorku.

Lama kelamaan, aku dan Vina sama-sama menaruh rasa. Kata orang Jawa---yang banyak di sekitar kami, witing tresno jalaran soko kulino. Awalnya kedekatan kami semata karena rasa penasaran, kenapa kami dilarang bermain bersama sejak kecil. Tapi penasaran itu kini berubah bentuknya.

Para tetangga sudah terlalu sering melihat kami bersama, mereka tentu tahu ada yang istimewa. Banyak kisah beredar, banyak teori di sana-sini. Aku pilih takpeduli. Tapi Vina, sebagaimana perempuan, ia begitu perasa.

Karena takut aku didamprat orang tuanya, Vina minta turun di rumahku saja, biar ia berjalan kaki ke rumahnya. Tapi begitu motorku sampai---bahkan mesinnya belum lagi dimatikan---Ibu sudah berdiri di depan pagar.

Vina menyalami Ibu, lalu pamit pulang. Sebelum melepas tangannya, Ibu berbisik pada Vina.

"Kalau mau jadi mantu Ibu, kamu harus dapat alasan kenapa kamu dijauhkan dari Fahri. Kalau orang tuamu gak mau kasih tahu, orang tua Fahri yang akan memberi tahu. Bilang begitu ya ke mereka."

Aku tertegun. Pun demikian dengan Vina. Tapi ia pilih segera pulang.

"Apa alasannya Bu? Kok dari dulu tidak bilang?" tanyaku penasaran.

"Nanti kamu malu mendengarnya."

"Bilang saja, Bu," desakku.

Ibu melongok ke dalam rumah. Sepertinya memastikan Ayah tidak ada.

"Dulu ... ayahmu punya kelainan. Suka mengoleksi celana dalam tetangga."

"Hah?" Cerita macam apa ini? Aku syok.

"Celana dalam orang tua Vina lah yang paling banyak disimpan Ayah."

"Yaah, pantas saja!"

Sungguh kesal aku mendengarnya. Seharusnya orang tuaku yang melarang aku bermain dengan Vina, bukan sebaliknya. Di sini justru aku yang teramat malu.

"Karena celana dalam mereka yang selalu robek dan bertitik-titik hitam. Entah kenapa Ayahmu suka dengan benda begitu!"

Ibu masuk ke rumah, meninggalkanku di depan pintu. Termangu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun