Penyebab lain mengapa kebanyakan masyarakat melakukan self diagnose disebabkan ketakutan akan apa yang dikatakan oleh dokter mengenai keluhan mereka, rendahnya kepercayaan masyarakat pada tenaga ahli profesional seperti dokter, psikolog dan psikiater.
Dikutip dari dalam jurnal Self-diagnose in Psychology Students menyebutkan Faktor yang mempengaruhi self-diagnose dapat dibagi menjadi dua, yaitu factor internal dan eksternal:
- Faktor Eksternal
Salah satunya ialah buku yang membagikan informasi mengenai informasi yang dibutuhkan, dalam hal ini seseorang akan membandingkan informasi yang ada dengan gejala yang dirasakan dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan gejalanya tersebut. Sumber ekstenal lainnya yaitu sumber online.Â
Self-diagnose online merupakan proses dimana sumber online digunakan oleh individu untuk mengdiagnosis dirinya sendiri dengan gejala yang individu tersebut alami. Faktor terakhir ialah peristiwa yang terjadi di kehidupan individu, individu dapat membandingkan peristiwa tersebut dengan gejala yang dirasakannya dengan fitur utama yang dapat dilihat dari kasus tertentu.
- Faktor Internal
Pemikiran tidak percaya terhadap hal-hal yang belum pasti akan kebenarannya. Hal ini mengacu pada pencarian informasi yang baru dan menganggap informasi tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan.
Daftar Pustaka
Maskanah, I. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. JoPS: Journal of Psychology Students, 1(1), 1-10.
Akbar, M. F. (2019). Analisis Pasien Self-diagnosis Berdasarkan Internet Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. INA-Rxiv. June, 25.
Normansyah, N. (2021). Tren Self-Diagnose Di Media Sosial Twitter (Studi Fenomenologi Mengenai Tren Self-Diagnose Di Media Sosial Twitter Pada Remaja Di Kota Bandung) (Doctoral dissertation, Univeristas Komputer Indonesia).
Ahmed, A., & Samuel, S. (2017). Self-diagnosis in psychology students. The International Journal of Indian Psychology, 5(1), 148-164.
Nama: Wina Indahsari
NIM: 202210230311514