Mohon tunggu...
Wina Indahsari
Wina Indahsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Suka mengkreasikan masakan dan bermimpi untuk membuka toko roti bersama Nanami.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Self Diagnose dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental

19 September 2022   12:16 Diperbarui: 19 September 2022   12:21 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self diagnose atau self diagnosis tidak lagi terdengar asing bagi kebanyakan orang, terutama Orang-orang yang melek dengan Kesehatan mental dan Hal-hal lain berbau psikologi. 

Perilaku self diagnose sendiri sangat banyak terjadi di kalangan kaum muda yang juga didukung oleh majunya teknologi jaman sekarang, informasi mudah diakses dan menyebabkan kebanyakan orang mudah melakukan diagnosis terhadap dirinya sendiri lalu terjadilah fenomena pamer mental illness.

Self diagnose merupakan tindakan mendiagnosis diri sendiri memiliki sebuah penyakit atau gangguan berdasarkan Informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai sumber secara mandiri.

Pengetahuan yang didapat dari sumber yang tidak kredibel tersebut membuat orang mendiagnosis diri mereka dengan menilai gejala-gejala mereka sendiri, padahal diagnosis hanya boleh ditetapkan oleh profesional ahli yang bahkan memiliki penilaian yang berbeda-beda.

Tindakan ini tentunya memberi dampak yang buruk bagi Kesehatan mental, beberapa diantaranya adalah:

  • Menimbulkan Kekhawatiran dan Memicu Kepanikan 

Orang yang melakukan self diagnose cenderung mengalami kekhawatiran yang tidak perlu karena terlanjur berasumsi hal-hal negative, hal ini tentunya sangat berpengaruh pada Kesehatan mental seseorang karna dapat menyebabkan gangguan kecemasan.

Self diagnose menyebabkan seseorang tidak memahami penyakit atau gangguan mental yang sesungguhnya mereka alami, mereka terus menebak-nebak kemungkinan yang tidak pasti dan berakhir menyepelekan kondisi yang bisa saja sebenarnya lebih serius dari yang mereka kira serta tidak mendapat penanganan yang tepat

  • Memicu Gangguan Kesehatan yang Sebenarnya Tidak Dialami

Kecemasan yang tidak perlu akibat self diagnose dapat menyebabkan seseorang yang tadinya tidak menderita suatu gangguan menjadi menderita gangguan tersebut.

Saat ini banyak informasi kesehatan yang tidak valid beredar di internet. Kesalahan self-diagnose yang dilakukan individu yang hanya berdasarkan informasi di internet dapat berdampak lebih buruk apabila individu menindaklanjutinya dengan cara pengobatan yang tidak tepat. 

Menurut Psikolog Persada (2021), self diagnose pada kesehatan mental dapat membuat individu |mengalami kecemasan berlebih. Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat berperilaku tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan dan melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan (Diferiansyah dkk., 2016).

Penyebab lain mengapa kebanyakan masyarakat melakukan self diagnose disebabkan ketakutan akan apa yang dikatakan oleh dokter mengenai keluhan mereka, rendahnya kepercayaan masyarakat pada tenaga ahli profesional seperti dokter, psikolog dan psikiater.

Dikutip dari dalam jurnal Self-diagnose in Psychology Students menyebutkan Faktor yang mempengaruhi self-diagnose dapat dibagi menjadi dua, yaitu factor internal dan eksternal:

  • Faktor Eksternal

Salah satunya ialah buku yang membagikan informasi mengenai informasi yang dibutuhkan, dalam hal ini seseorang akan membandingkan informasi yang ada dengan gejala yang dirasakan dengan tujuan untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan gejalanya tersebut. Sumber ekstenal lainnya yaitu sumber online. 

Self-diagnose online merupakan proses dimana sumber online digunakan oleh individu untuk mengdiagnosis dirinya sendiri dengan gejala yang individu tersebut alami. Faktor terakhir ialah peristiwa yang terjadi di kehidupan individu, individu dapat membandingkan peristiwa tersebut dengan gejala yang dirasakannya dengan fitur utama yang dapat dilihat dari kasus tertentu.

  • Faktor Internal

Pemikiran tidak percaya terhadap hal-hal yang belum pasti akan kebenarannya. Hal ini mengacu pada pencarian informasi yang baru dan menganggap informasi tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan.

Daftar Pustaka

Maskanah, I. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. JoPS: Journal of Psychology Students, 1(1), 1-10.

Akbar, M. F. (2019). Analisis Pasien Self-diagnosis Berdasarkan Internet Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. INA-Rxiv. June, 25.

Normansyah, N. (2021). Tren Self-Diagnose Di Media Sosial Twitter (Studi Fenomenologi Mengenai Tren Self-Diagnose Di Media Sosial Twitter Pada Remaja Di Kota Bandung) (Doctoral dissertation, Univeristas Komputer Indonesia).

Ahmed, A., & Samuel, S. (2017). Self-diagnosis in psychology students. The International Journal of Indian Psychology, 5(1), 148-164.

Nama: Wina Indahsari

NIM: 202210230311514

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun