Mohon tunggu...
Elsa Widyanti
Elsa Widyanti Mohon Tunggu... Karyawan -

Imajinatif , , ,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anak "Zaman Now" Kelebihan Dosis

14 Juli 2018   09:49 Diperbarui: 14 Juli 2018   09:53 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Anak Zaman Now Kelebihan Dosis

Pertama-tama aku akan memperkenalkan diriku agar kalian tidak bingung siapa aku.

Namaku Risya Velina,nama yang bagus bukan?tentu saja.Wajahku biasa saja,tidak cantik ataupun jelek,tinggiku hanya 157 cm.Kali ini aku akan mencurahkan apa yang ada di benakku.

"Risya ayo kesini,bantu mama!"Teriak mamaku dengan suara menggelegarnya.Aku dengan malas-malasan berjalan menuju dapur,dan disana terlihat mama yang sedang membuka oven dan mengeluarkan sebuah kue.

"Ambilkan Ceri diatas meja itu." ujarnya setelah menyadari keberadaanku,aku pun menuruti apa yang dimintanya.

"Besok minggu,ada rencana mau kemana?"tanya Mama sembari menghias kue yang ada di depannya.

"Tidak kemana-mana,di rumah aja." jawabku seadanya.

"Kamu ini remaja,seharusnya jalan-jalan sama teman.Jangan di rumah terus,mama aja bosan lihat muka kamu melulu."

Aku memajukan bibirku,"Seharusnya mama bersyukur punya anak kaya Risya yang ga suka keluyuran." kataku,mama hanya menggelengkan kepala.

"Pokoknya besok kamu jalan-jalan sana sama temen kamu."

"Bilang aja kalau mama sama papa mau berduaan aja,pacaran gitu."

"Tuh kamu sudah tau."

"Mama ih...Yaudah Risya mau kekamar dulu."aku berjalan kearah kamar dengan kaki yang ku hentak-hentakkan.

Setelah sampai dikamar,aku langsung merebahkan diriku di kasur.Teringat kembali ucapan mama,memang mau jalan-jalan kemana?aku tak pernah suka dengan keramaian.

Ku ambil ponsel yang ada di nakas dan mencari kontak siapa saja yang bisa aku ajak jalan-jalan.Dan akhirnya setelah mehubungi mereka tidak ada yang mau aku ajak jalan sama sekali,kebanyakan alasan kalau sudah ada janji sama pacarlah atau minimal ada acara keluarga.

***

Hari minggu akhirnya tiba,anak-anak sekolahan pada bersorak ria gembira. Karena aku sudah ada janji jalan,maka akupun akan pergi,sekali lagi aku memandang pantulan diriku dikaca besar di hadapanku.Dengan memakai atasan hodie dan bawahan jins panjang,kurasa sudah cukup untuk mengeram di cafe seharian,lagi pula aku malas untuk jalan-jalan tidak jelas.

Aku berjalan keluar dan sudah kuduga kalau kedua orang tuaku yang kelewat romantis ini tengah berduaan di depan tv,ketika aku berdehem mereka sama sekali tidak menggubris,apakah ini yang namanya dunia serasa milik berdua meskipun orang itu sudah berumur?

"saya pesan Coffe latte 1,rainbow cake 1 itu saja dulu."ucapku pada si pelayan,ia menulis pesananku dan pamit pergi.Aku mengedarkan pandangan keseluruh ruangan,tempat sekaligus suasana yang nyaman,interiornya juga bagus dan tentu saja disini hanya ada aku karena memang aku sendiri memilih cafe yang sedikit pelanggannya.

Selagi menunggu pesanan,aku mengarahkan pandanganku ke arah luar lebih tepatnya ketempat orang berlalu lalang.Banyak pasangan berlalu lalang,apa hanya aku disini yang jomblo?menyebalkan!

Tak berapa lama dua orang anak kecil berlawanan jenis yang ku perkirakan baru berumur 10 tahunan duduk di sebelah mejaku,aku tak terlalu menghiraukan mereka dan memakan pesanan yang sudah sampai.Tapi tidak berapa lama,pandanganku terpusat dibuat tercengang oleh anak laki-laki itu.

"Rina,kamu mau tidak jadi pacar aku?"tanya si anak kecebong itu dengan suara lantangnya dan si anak perempuan denga malu-malunya menganggukkan kepala."Iya aku mau."jawabnya dengan pelan,setelah itu dengan kurang ajarnya si anak laki-laki memeluk si anak perempuan dan mencium dahinya.

"Emm...sebagai perayaan jadian kita,mau tidak jalan-jalan?"tanya si anak laki-laki itu.Tidak berap lama kedua anak itu berjalan keluar dengan bergandengan tangan setelah membayar pesanan mereka.

Apakah ini tanda-tanda akan kiamat? Mereka masih kecil loh,bahkan bisa dibilang kelewat kecil tapi kelakuan kaya orang besar aja.Tau apa mereka tentang sebuah hubungan,paling tidak sampai satu bulan juga sudah bubar,aku merasa tersinggung dengan kelakuan mereka.

Dua jam berselang gerombolan anak muda datang,mereka duduk tidak jauh dariku.Kurasa mereka berpasang-pasangan dilihat dari duduk yang berdua-berdua.Setelah pelayan pergi mereka terlihat asyik berfoto atau bisa dibilang berselfie ria,lalu si pelayan datang membawakan pesanan mereka yang berupa minuman seperti wine kurasa.Aku merasa tidak sopan sekali melihat mereka terus jadi ku arahkan pandanganku ketempat lain.Waktu menunjukkan jam tiga siang,tapi anak-anak itu belum keluar juga sama sepertiku...hehe

"Tau tidak,kemaren aku baru beli mobil."ujar salah satu diantara mereka.

"Dapat uang darimana?"tanya yang lain

"Dari orang tua aku lah,bukan level ku kalau nyolong."jawabnya menyombongkan.

"Wahhh...berarti nanti kita bisa jalan-jalan."ucap si rambut keriting bersemangat

"Kecil."jawabnya dengan menjentikkan jari seperti membuang kotoran

"Btw,aku juga baru beli jam tangan." ujar yang lain tak mau kalah,teman-temannya lalu mengalihkan pandangannya dan menatap orang yang baru bicara.

"Merek apa?"sahut yang lain menanyakan.

"Breguet."ucapnya menyombongkan diri.

"Serius?"

Setelah mendapat anggukan mereka semua menyebutkan kata 'Wow' secara bersamaan.

Ckckck...Tipe remaja yang suka menghambur-hamburkan uang orang tua.Perutku sudah tidak bisa lagi di toleransi jadi aku menuju toilet untuk menyelesaikan panggilan alam. Baru ingin membuka toilet perempuan, terdengar suara seperti...desahan mungkin.Tanpa menghiraukan suara itu aku langsung saja menuntaskan urusanku,setelah selesai aku keluar dan menemukan dua orang berlawanan jenis,kali ini seperti seumuran.

Si wanita merapikan dressnya yang terangkat dan si pria terlihat mengancingkan celananya.Dugaanku tidak salah lagi kalau mereka telah melakukan hubungan suami istri tapi yang menjadi masalah adalah ini di tempat umum!

***

Kali ini aku kembali memakan pesananku untuk kesekian kalinya,dan cepat-cepat menghabiskan karena jam di tanganku menunjukkan kearah lima.Aku harus cepat pulang sebelum kedua pasangan teromantis sepanjang masa yang merangkap sebagai orang tuaku itu memarahiku karena pulang terlambat

Aku lalu memanggil pelayan untuk meminta tagihan.

"1 coffe latte

1 Rainbow cake

1 Ice blend cookies & cream

1 Strawberry milk shake

1 cake lapis full choklat

Jadi totalnya Rp. 300.000,- " Aku tak mengira ternyata jago makan juga.Aku lalu mengeluarkan kartu debitku dan menyerahkannya pada pelayan,tak berapa lama ia kembali dan mengembalikan kartuku.

***

Hari senin adalah hari yang paling dibenci oleh hampir semua orang,karena di hari itu semua aktifitas di mulai.Setelah melaksanakan upacara,aku lembali ke dalam kelas dan kata murid-murid yang berseliweran, katanya guru hari ini ada rapat tapi sekolah tidak di burbarkan artinya hari ini jam kosong dan dapat di pastikan pasti akan pulang cepat.

Setelah mendengar semua itu,aku berjalan kelantai paling atas dan duduk diatas pembatas dinding agar orang tak jatuh.Memakai earphone lalu menyalakan lagu kesukaanku, bersandar pada tiang besar dan mencari posisi nyaman lalu tidur.

Dua jam kemudian

Dan. . . (Semacam suara orang lagi ML, terdengar sayup desahan - desahan manja ) suara apa itu,selentingan aku mendengar seperti suara orang yang lagi ituan.Tapi tunggu,bukankah lagu-laguku tidak ada yang berbau mesum,aku sangat yakin itu! (Silakan ciptakan imajinasimu!)

Aku membuka mataku dan melepas earphone,ah ternyata baterai hp ku habis."(sila kembali berimajinasi sendiri lagi yah )"suara itu masih terdengar tapi sekarang seperti orang yang ber-entahlah,aku tak bisa mendiskripsikannya.

Aku baru saja ingin meloncat tapi terdengar suara perempuan menjerit,aku menoleh ke sumber suara dan di sana terlihat dua muda mudi yang aku lihat waktu itu.

"Kamu lagi-kamu lagi,ngintipin orang mulu."kata si gadis ralat maksudku si wanita,secara dia kan sudah jebol.

"Atau kamu stalker yah,secara aku kan famous di sekolah ini."ucapnya lagi dengan sangat percaya diri.

Tak ingin lebih jauh mendengar ia berbicara,aku langsung saja beranjak namun di tahan oleh si pria yang memandangku dengan pandangan yang tersenyum sinis.

"Sayang, aku tidak mau yah kalau hubungan kita ketahuan sama orang,apalagi kesebar."ujar si wanita bergelayut di lengan sang pria.

"Kamu dengarkan,awas saja kalau semua hal yang kamu lihat tersebar,akan aku pastikan kalau kamu tidak akan hidup tenang." apakah aku peduli dengan ancamannya?tentu saja tidak.

Tanpa halangan lagi aku beranjak dari tempat itu dan setelah melewati koridor yang sepi,aku baru sadar kalau semua sudah pulang.Huft...kurasa tidurku cukup lama.

***

"Risyaaaa..."teriak Mama menggedor pintuku.

"Kenapa Ma?"tanyaku setelah beranjak dan membuka pintu bercat putih itu.

"Kamu bisa belikan Mama martabak di jalan utama sana."suaranya tidak seperti bertanya tapi terdengar seperti memohon. Aku melirik laptop yang sudah dalam mode hibrnate dan menghembuskan nafas kasar,lalu kembali menatap Mama dan mengangguk.Mama langsung saja girang dan berjalan ke kamarnya dan kembali lagi memberikanku uang."Jangan pakai lama yah."ucapnya,setelah itu berlalu ke ruang tengah dan menyalakan tv. Boleh tidak yah berkata kasar sama orang tua sendiri?

Akhirnya satu kantong berisi martabak pesanan Mama sudah di tangan,tinggal jalan pulang aja deh.Saat ingin menyebrang tiba-tiba..

Bruk

Tubuhku terasa melayang lalu terhempas ke aspal yang dingin,aku mengejapkan mataku yang sedikit berkunang-kunang lalu menutup mata sejenak,setelah dirasa cukup aku kembali membuka mata dan sudah banyak orang yang mengggerubungiku.

"Kamu tidak apa-apa?"tanya seorang ibu-ibu yang membantuku untuk duduk di trotoar.

Aku menggelengkan kepalaku tanda baik-baik saja dan baru teringat pesanan Mama!Aku langsung mencari bungkusan martabak dan ternyata masih utuh,tidak terkoyak ataupun lecet hanya saja bungkusnya saja yang agak kotor tapi tak apa.

Setelah dirasa kuat berjalan lagi,akupun pamit pada orang-orang disana namun langkahku terhenti ketika seorang anak smp kurasa menghadang.

"Kak,coba lihat ini."katanya sembari memberikan sebuah smartphone yang ku ambil,"Mobil tadi sempat berhenti jadi saya sempat memfoto plat mobilnya."aku tersenyum mendengar penjelasannya yang membanggakan diri sendiri lalu mengalihkan pandanganku ke layar ponsel itu,setelah menggeser muka pelaku yang terlihat tegang.

"Orang itu juga sempat membuka kaca mobilnya tapi kelihatannya yang nabrak kakak sedang mabuk karena tingkahnya seperti Kak Jie."terangnya dengan muka seriusnya.

"Dek,kakak pinjam dulu hpnya sebentar."ia mengangguk,lalu aku mengetikan nomor wa ku dan mengirim semua foto itu.

Selesai

"Makasih ya dek."

"Sama-sama,lain kali lebih hati-hati yah kak."

Aku membentuk jari jempol dan telunjuk membentuk lingkaran dan wajah yang tersenyum tipis.

"Astaga Risya,kamu kenapa nak?"tanya mama langsung berjalan kearahku cepat tanda khawatir,bagaimana tidak jika melihat anaknya yang penuh luka sana sini.

"Risya tidak kenapa-kenapa,cuman jatuh aja tadi...hehehe"ucapku,jangan salah sangka meskipun berbohong dilarang aku malakukannya demi kebaikan karena jika aku mengatakan sebenarnya dapat di pastikan kalau mama akan berlari kekantor polisi untuk melaporkan kejadian ini.

***

Lagi-lagi rapat guru,membosankan!kalau tau begini lebih baik aku tidak usah masuk sekolah saja sekalian, lumayan bisa tidur sepuasnya sampai siang.

Seperti biasa saat bosan aku akan pergi ke lantai paling atas,kali ini aku membawa tas jaga-jaga kalau pulang cepet biar nanti tidak balik ke dalam kelas lagi.Saat hampir sampai aku mendengar suara perempuan menangis,apa mungkin ini suara hantu atau paling buruk adalah mbak kuntilanak?

Karena penasaran aku mengikuti kearah sumber suara dan disana terlihat seorang perempuan menangis tersedu-sedu dengan kedua telapak tangan menutup wajahnya.

Kurasa ia merasakan kehadiranku sebab mendongakan wajah yang berlumuran ingus dan air mata, kenapa akhir-akhir ini aku selalu melihat wajahnya dimana-mana.Tanpa memperdulikannya atau lebih tepatnya mencoba tak peduli akhirnya aku memasang earphone dan duduk di tempat yang biasa aku tempati.

"A-aku hiks..hamil hiks."katanya tiba-tiba,aku hanya diam saja seperti orang yang mendengarkan musik padahal earphone bahkan tidak ku nyalakan.

"Sa-saat ku beritahu dia tentang ini hiks...kukira dia akan bahagia hiks...tapi dia malah menghilang hiks...aku semalam ingin bunuh diri tapi kaka ku menemukannku hiks...seharusnya biarkan saja aku mati hiks..."terangnya dengan tersendat-sendat sembari memperlihatkan pergelangan tangannya yang di perban.

"A-apa yang harus a-aku lakukan?"tanyanya yang kurasa menatap ke arahku.

Aku masih saja diam,mencoba untuk tidak peduli tapi mendengar suaranya yang getir aku merasa kasihan.Namun kalau dipikir-pikir salah dia juga,kenapa sampai bisa kebobolan.

"Apa kau tidak tahu tentang obat kontrasepsi?"tanyaku kesal,astaga ini mulut kenapa tidak bisa diam saja sih.Ku lihat wajahnya dan dia langsung saja bertambah menangis.

Aku menghembuskan nafas lelah dan kembali mengalihkan pandangan ke arah taman sekolah yang terlihat jelas dari atas sini."Jadi,kamu maunya gimana?"tanyaku.

"Tentu saja aku ingin dia bertanggung jawab."

"Ok,aku akan bantu sebisa mungkin tapi tidak janji kalau sampai terjadi diluar yang diharapkan."Dengan tiba-tiba ia memelukku erat dan mengucapkan puluhan kali terima kasih.

***

Aku masuk ke dalam sebuah club malam setelah bercekcok dengan petugas jaga di depan,mereka bilang kalau aku tidak pantas di tempat ini tapi bagusnya di rumah,nonton tv lalu tidur.Menyebalkan!

Aku meminta Regina aka wanita yang sudah kebobolan itu alamat yang biasa si pria brengsek nongkrong. Aku celengak-celinguk tapi tidak terlihat juga batang hidungnya,mungkin dia tidak disini.Ketika aku ingin keluar,dua orang pria duduk tak jauh dariku berdiri dan mereka tengah membicarakan si brengsek.

"Ehm...maaf mengganggu sebentar." kataku menyela.

Kedua orang pria yang terbilang tampan di depanku ini lantas menatapku dari atas sampai bawah,aku berasa seperti dikuliti alias risih.

"Ada apa?"tanya si pria sebelah kanan.

"Saya mau tanya,kalian tau dimana Riko berada?"balasku dengan pertanyaan.

"Oh Riko,ada urusan apa kamu sama dia."

"Saya hanya mau menanyakan sesuatu sama dia."

"Kamu korban dia juga?"tanya si kiri tersenyum sinis.

"Maksudnya?"tanyaku yang tidak mengerti.

"Ah tidak-tidak,Riko ada di lantai atas kamar nomor 49."jawab si pria kanan mendahului,aku jadi penasaran apa maksud mereka.

"Oh baiklah,makasih."

Kedua pria itu mengedipkan mata sebelah yang kubalas hanya dengan muka sedatar tembok.

"47,48,ah ini dia nomor 49."ucapku bersemangat,tanpa babibu lagi aku memutar kenop pintu dan pas sekali tidak di kunci.

Hal pertama yang kulihat adalah dua orang manusia yang tengah bergulat di atas ranjang,baru saja dia menghamili anak orang dan sekarang malah mau tebar benih lagi,bolehkah sekarang aku berkata kasar?

"Ohok... Ohok..."aku pura-pura batuk dengan keras supaya terdengar oleh dua manusia yang sedang memadu kasih ini,tak tahukah mereka kalau aku yang sebagai penonton melihat adegan live ini sudah berwajah merah!

Akhirnya dua orang ini sadar juga,si wanita langsung berlari memakai pakaiannya dan berlari keluar sedangkan si pria dengan santainya merebahkan dirinya.Mutilasi orang dosa tidak yah?

"Ada apa kamu kesini,merusak suasana saja."gumamnya.

"Aku kesini mau kamu bertanggung jawab."ia langsung menolehkan pandangannya kearahku.

"Seingatku kamu belum pernah aku pakai."

"Bukan tanggung jawab untukku tapi untuk Regina yang telah kamu hamili."jelasku.

"Oh wanita murahan itu."

"Bukankah kau yang membuatnya murahan dan sekarang malah meninggalkannya,habis manis sepah dibuang."sindirku.

Ia terkekeh,"Kalau aku tidak mau bagaimana?"tanyanya dengan wajah mengejek,"lagipula apa kamu yakin yang di dalam perutnya anakku."

Aku sekarang mulai bimbang apakah itu benar-benar anak pria ini,ah sial.

"Kalau kamu meragukan apakah itu anakmu nanti bisa kamu lakukan tes DNA."balasku ragu.

"Aku tidak mau."

"Tidak mungkinkan dia sampai menangis tersedu-sedu dan ingin bunuh diri jika itu bukan anak kamu."

"Bisa saja."

Baiklah aku akan mengeluarkan jurus andalan,semoga di dalam perutmu ini anak si brengsek ini,jangan sampai mempermalukan aku.

"Baiklah kalau begitu,habis dari sini aku mau ke kantor polisi dulu sebentar."kataku,ia tampak mengenyitkan dahi tanda tidak mengerti.

"Apakah masih berlaku tabrak lari yang dilakukan dua hari lalu di perkarakan?"tanyaku"ah mungkin masih bisa,kan luka-lukanya masih ada.Lumayan menambah satu anggota sel di rutan"lanjutku bermonolog sendiri.

Kulirik dia dan yes mukanya sudah sangat pucat,dia terlihat beranjak turun dari ranjang dan berjalan kearahku,tidak masalah kalau dia memakai pakaian,lah ini polos bung polos tanpa ada benang yang menempel.

"Bukti luka-luka ini tidak terlalu kuat."ujarnya sembari menyentuh luka di dahiku.

"A-aku j-juga punya saksi dan f-foto platmu."balasku tergagap dengan muka di beranikan menatap tepat kearah kornea matanya.

"Itu tidak mungkin ada bukti saat itu."

" Berbicara seperti itu berarti memang benar kalau kamu pelaku tabrak lari itu."desisku menajam.

"Iya,itu memang aku."

"Good,sekarang bukti sudah sangat cukup untuk menjebloskanmu dalam penjara,"ucapku setelah mematikan rekaman suaranya dan langsung ku kirim ke emailku,jaga-jaga kalau dia berbuat hal yang merugikan."bagaimana reaksi kedua orang tuamu ketika melihat anaknya suka mabuk-mabukan,pemain wanita,apalagi sudah berani menghamili anak orang dan ditambah harus melihat anaknya mendekam di balik jeruji besi."lanjutku

Matanya sudah menatap kesegala arah tanda tidak fokus,"Apa maumu sebenarnya,aku bisa memberikanmu uang sebagai tutup mulut." tawarnya,sorry seorang Risya Velina tak akan terbujuk oleh uang.

Aku memggelengkan kepalaku tanda tidak menyetujuinya,"Pertanggung jawabkan perbuatanmu,"ucapku telak yang mulai beranjak menjauh,"Sekarang ikutlah denganku."

"Kemana?"tanyanya yang mengambil celana dan memakainya

"Ckckck....Tentu saja ke rumahmu,aku tidak mau sampai kamu kabur...tobatlah nak."ucapku geleng-geleng kepala lalu pergi dari kamar itu dan menunggunya di luar.

***

Reaksi kedua orang tuanya Riko pasti bisa kalian perkirakan,sang ibu yang syok berat dan akhirnya menangis sedangkan sang ayahnya tengah memberi pelajaran pada anak yang sudah ia besarkan dan di banggakannya.Kedua orang itu sangat kecewa,itu sudah pasti tapi apa mau dikata nasi telah menjadi bubur,akhirnya mereka menanggung malu yang teramat sangat.

Dan untuk keputusan terakhir adalah menikahkan kedua anak tersebut satu bulan kemudian karena takut kandungannya lebih membesar itupun bersifat tertutup,hanya ada kerabat dekat dari kedua belah mempelai yang bisa Risya pastikan hanya terdiri dari 58 orang saja yang hadir.Berhubung Riko dan Regina masih sekolah dan dewan guru sudah tau tentang kondisi Regina akhirnya mereka mengeluarkan keduanya dari sekolah.

Cat:

Bergaul boleh asal jangan kelewatan, memiliki kekasih juga tidak dilarang tapi harus bisa memilah dan menjaga diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun