Mohon tunggu...
Elsa Widyanti
Elsa Widyanti Mohon Tunggu... Karyawan -

Imajinatif , , ,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anak "Zaman Now" Kelebihan Dosis

14 Juli 2018   09:49 Diperbarui: 14 Juli 2018   09:53 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Risya tidak kenapa-kenapa,cuman jatuh aja tadi...hehehe"ucapku,jangan salah sangka meskipun berbohong dilarang aku malakukannya demi kebaikan karena jika aku mengatakan sebenarnya dapat di pastikan kalau mama akan berlari kekantor polisi untuk melaporkan kejadian ini.

***

Lagi-lagi rapat guru,membosankan!kalau tau begini lebih baik aku tidak usah masuk sekolah saja sekalian, lumayan bisa tidur sepuasnya sampai siang.

Seperti biasa saat bosan aku akan pergi ke lantai paling atas,kali ini aku membawa tas jaga-jaga kalau pulang cepet biar nanti tidak balik ke dalam kelas lagi.Saat hampir sampai aku mendengar suara perempuan menangis,apa mungkin ini suara hantu atau paling buruk adalah mbak kuntilanak?

Karena penasaran aku mengikuti kearah sumber suara dan disana terlihat seorang perempuan menangis tersedu-sedu dengan kedua telapak tangan menutup wajahnya.

Kurasa ia merasakan kehadiranku sebab mendongakan wajah yang berlumuran ingus dan air mata, kenapa akhir-akhir ini aku selalu melihat wajahnya dimana-mana.Tanpa memperdulikannya atau lebih tepatnya mencoba tak peduli akhirnya aku memasang earphone dan duduk di tempat yang biasa aku tempati.

"A-aku hiks..hamil hiks."katanya tiba-tiba,aku hanya diam saja seperti orang yang mendengarkan musik padahal earphone bahkan tidak ku nyalakan.

"Sa-saat ku beritahu dia tentang ini hiks...kukira dia akan bahagia hiks...tapi dia malah menghilang hiks...aku semalam ingin bunuh diri tapi kaka ku menemukannku hiks...seharusnya biarkan saja aku mati hiks..."terangnya dengan tersendat-sendat sembari memperlihatkan pergelangan tangannya yang di perban.

"A-apa yang harus a-aku lakukan?"tanyanya yang kurasa menatap ke arahku.

Aku masih saja diam,mencoba untuk tidak peduli tapi mendengar suaranya yang getir aku merasa kasihan.Namun kalau dipikir-pikir salah dia juga,kenapa sampai bisa kebobolan.

"Apa kau tidak tahu tentang obat kontrasepsi?"tanyaku kesal,astaga ini mulut kenapa tidak bisa diam saja sih.Ku lihat wajahnya dan dia langsung saja bertambah menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun