Pendahuluan
Saya pernah berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki karakter ketus, jutek, dan judes. Ketus karena tidak ramah, tidak peduli, dan tidak mau tahu dengan orang lain.Â
Judes karena tidak menghargai perasaan orang lain, dan jutek karena angkuh serta menganggap dirinya lebih daripada orang lain. Termasuk ketika menghadapi calon mertua tipe ketus.Â
Waktu itu saya bertanya pada diri sendiri: Tinggalkan atau lanjutin? Saya lalu membuat daftar pertimbangan strategi dan motivasi diri.
Jika calon mertua saya tinggalkan ataupun jika saya lanjutkan hubungan dengan mereka. Karena setiap pilihan harus siap dengan segala konsekuensinya. Berikut pemaparannya:
Pembahasan
Berikut ini contoh kata-kata mertua yang Ketus
- "Oh, cuma kerja di situ? Kirain jabatannya lebih bagus."
- "Kalau belum mapan, buat apa pacaran serius?"
- "Rumahnya jauh ya, ke sini aja lama banget."
- "Orang tua kamu nggak ngajarin cara sopan santun, ya?"
- "Itu baju yang kamu pilih buat ke sini? Nggak ada yang lebih pantas?"
- "Kenapa makannya banyak banget? Hemat-hematlah, masih numpang juga."
- "Saya heran, anak saya bisa suka sama kamu."
- "Ya udah, saya sih terserah, kalian yang tanggung akibatnya nanti."
- "Kalau nggak sanggup ikut cara keluarga kami, ya mikir lagi deh."
- "Kamu tuh ngerti nggak maksud saya? Dari tadi dijelasin nggak nyambung."
Pertimbangan jika saya meninggalkan calon mertua ketus:
- Menyelamatkan diri dari hubungan yang berpotensi menjadi beban psikis di masa depan.
- Menghindari konflik berkepanjangan yang mungkin berdampak pada pasangan dan keluarga besar.
- Memberi kesempatan untuk mencari pasangan dengan keluarga yang lebih harmonis dan suportif.
- Menjaga harga diri serta ruang pribadi, terutama jika sikap ketus itu sudah melampaui batas wajar.
Pertimbangan jika saya melanjutkan hubungan dengan calon mertua ketus:
1. Belajar literasi dari tokoh terkenal Jacob M. Braude.
Ia mengatakan, "Consider how hard it is to change yourself and you'll understand what little chance you have in trying to change other." (Sumber: 15 Best Quotes About Change Being Hard -- www.asutralianwrapped.com)
Ini berarti, mengubah orang lain itu sangat sulit, bahkan hampir mustahil. Yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan sikap dan strategi menghadapi mereka, bukan memaksa mereka berubah.
2. Setiap orang memiliki waktunya sendiri-sendiri untuk sukses atau mencapai tujuan.
Saya pernah berdiskusi dengan pasangan saya saat menghadapi sikap orang tuanya yang ketus. Saya menggunakan pepatah ini: Setiap orang memiliki waktunya sendiri-sendiri untuk sukses atau mencapai tujuan.
Ini berarti, bisa jadi calon mertua kita sedang berada dalam proses pendewasaan atau perjalanan emosionalnya sendiri. Memberi waktu dan ruang mungkin akan melunakkan sikap mereka di masa depan.
3. Orisinalitas hati.
Mungkin calon mertua ketus, tetapi memiliki orisinalitas hati yang baik, meski hanya di satu titik. Menurut aliran Murji'ah, iman adalah keyakinan dan tidak selalu berkaitan dengan perkataan (ketus) ataupun perbuatan. (Sumber: Aliran Murji'ah -- www.mutaqin.id)
Artinya, sikap luar yang keras belum tentu mencerminkan hati yang buruk. Bisa jadi mereka hanya sulit mengekspresikan rasa sayang atau kepeduliannya.
4. Asmara dan sakramen dalam gereja Katolik.
Pernah suatu saat saya ditanya oleh seorang anak muda, "Apa dasar dari kitab suci untuk melakukan pacaran?"
Jika kekuatan cinta dan asmara dipupuk dengan kesabaran, itu dapat mengalahkan keraguan terhadap calon mertua yang ketus. Terlebih jika hubungan berlanjut ke jenjang pernikahan yang disahkan dalam ikatan sakramen gereja Katolik. Sakramen berarti tanda keselamatan dari Tuhan. Dalam sakramen pernikahan, kedua sejoli diberkati dalam ikatan suci yang menyelamatkan.
(Kitab Hukum Kanonik (KHK) tahun 1983 kanon 1055-1165 -- Sumber: Perkawinan menurut Kitab Hukum Kanonik, www.123dok.com)
Penutup
Menghadapi calon mertua ketus memang tidak mudah. Pilihan untuk meninggalkan atau melanjutkan hubungan bukan soal benar atau salah, tetapi soal kesiapan mental dan keberanian menanggung konsekuensinya.Â
Jika memilih pergi, pastikan itu bukan keputusan yang gegabah. Jika memilih bertahan, persiapkan hati untuk menerima kekurangan mereka sambil tetap menjaga martabat dan kebahagiaan diri.Â
Pada akhirnya, hubungan rumah tangga tidak hanya tentang dua insan yang saling mencintai, tetapi juga bagaimana mereka menyikapi orang-orang di sekitarnya dengan kebijaksanaan.
Oleh: Widodo, S.Pd
- 15 Best Quotes About Change Being Hard -- www.asutralianwrapped.com
- Aliran Murji'ah (Tokoh, Dasar, Ajaran, dan Doktrin-doktrinnya) -- www.mutaqin.id
- Perkawinan menurut Kitab Hukum Kanonik -- www.123dok.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI