Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Benarkah Membaca Lahirkan Etos dan Produktivitas Kerja?

21 Agustus 2025   17:17 Diperbarui: 21 Agustus 2025   17:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembaca dengan etos dan produktivitas kerja yang baik | thoughtforyourpenny.com

Saat ini, pemerintah dan beberapa komponen masyarakat tengah gencar mengkampanyekan peningkatan literasi pada masyarakat Indonesia. Terlebih, setelah ramai laporan dari UNESCO yang menyebutkan bahwa, indeks tingkat literasi (minat dan kemampuan membaca) masyarakat Indonesia begitu rendah dibanding Negara-negara lain. Disebutkan, hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang gemar membaca.

Sedangkan Central Connecticut State University (CCSU) menempatkan Indonesia di posisi 60 dari 61 negara. Kondisi ini mengetuk hati setiap orang untuk tampil ke gelanggang memperbaiki keadaan. Mencerca, mengutuk keadaan tanpa sedikitpun tergerak hati dan pikirannya adalah cara tak elok dan tidak akan pernah mengubah kenyataan. Justru kontribusi dan kiprah kita yang sedang ditunggu-tunggu.

Dalam catatan sejarah, kemajuan peradaban sebuah bangsa senantiasa berbanding lurus dengan tingkat literasi bangsa itu sendiri. Dalam arti lain, bangsa yang memiliki kegemaran membaca tinggi akan mengalami lompatan perubahan sekaligus menjadi sumber lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa syarat kemajuan bagi sebuah bangsa adalah literasi (membaca dan menulis).

Membaca, menurut perspektif Alquran yang termaktub dalam surah Al-Alaq bukan hanya sekedar melafalkan kata dan angka. Lebih dari itu, ia merupakan sebuah proses atau kegiatan mengumpulkan, menelaah, mengamati, memikirkan dan meneliti alam semesta, yang dengannya dapat mengantarkan seseorang mengenal Tuhan sang pencipta. Menariknya, konsep ini dikenalkan oleh Islam sejak awal kelahirannya hingga kini.

Hanya saja, aktualisasi nilai dari perintah membaca ini kurang mendapatkan perhatian dari umat Islam saat ini. Jika pun ada, masih sebatas minat atau hanya segelintir orang saja yang benar-benar menjadikan kegiatan membaca dan menulis sebagai barometer kemajuan. Sialnya lagi, justru umat non Islam yang cenderung memiliki minat serta kemampuan membaca tinggi, meski belum sampai mengenal Tuhan semesta alam.

Belajar dari Sejarah Peradaban Bangsa

Jika menengok ke belakang, ketika perintah membaca ini turun kepada nabi Muhammad SAW, lalu kemudian sampai kepada masyarakat Arab waktu itu atau lebih tepatnya para sahabat. Terjadi perubahan secara radikal pada orang-orang yang menerima seruan membaca. Cara pandang dalam melihat kehidupan serta pola pikir yang berlandaskan pada nilai-nilai keimanan benar-benar tampak adanya.

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S: Al-Alaq:1-5) Ayat ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya membaca bagi kita, sebab pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya adalah membaca.

Konon, melalui surah ini lahirlah dua kalimat syahadat. Sebagai bentuk pengakuan sekaligus persaksian diri bahwa, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Orang yang awalnya menuhankan berhala, jabatan, kekayaan dan hawa nafsu kemudian menanggalkan semuanya. Bahkan, jiwa dan raganya siap dikorbankan demi membela serta menegakkan kalimat Laa ilaha Illallah di atas muka bumi.

Bangsa yang awalnya penakut, lantas berbalik menjadi bangsa paling berani. Melawan dan berhasil mengalahkan dua imperium raksasa, yakni Romawi dan Persia. Bangsa yang mulanya pemalas, seketika menjadi bangsa paling rajin dalam segala bidang. Hingga beberapa abad lamanya, umat Islam bagaikan rembulan di tengah kegelapan malam. Menyinari semesta dengan ilmu yang berhasil ditemukan dan dikembangkan.

Bangsa Pembaca punya Etos Kerja 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun