Mohon tunggu...
Wahyudi bin Rasyidi
Wahyudi bin Rasyidi Mohon Tunggu... Freelancer - Desain Grafis - Jasa Ketik

Wahyudi bin Rasyidi adalah seorang penulis yang memiliki kecintaan mendalam terhadap cerpen dan puisi. Baginya, tulisan adalah sesuatu yang sakral, laksana anak yang lahir dari perpaduan bumbu derita dan cinta. Ia berharap, setiap tulisan yang dihasilkan dapat menjadi doa yang menyelamatkannya dari penderitaan di kehidupan mendatang. Dalam kesehariannya, Wahyudi bekerja sebagai seorang freelancer. Namun, di tengah kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk menulis di jurnal pribadinya di https://jurnal-renungan-masyarakat.blogspot.com/ (JRM-Jurnal Renungan Masyarakat) untuk mencurahkan pikiran dan perasaannya melalui untaian kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Harmoni Rasa - Khawatir dan Tenang

29 April 2025   20:18 Diperbarui: 29 April 2025   20:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi Di Antara Cahaya dan Gemuruh By: Penulis 2025)

Puisi: Harmoni Rasa - Khawatir dan Tenang 

Karya: Wahyudi bin Rasyidi

Jiwa kecil merasa khawatir, ingin segera mengusir perasaan itu.
Berharap hidup ini hanya berisi ketenangan, tanpa gelisah, tanpa gemuruh.
Namun kenyataannya, hidup tak bisa diisi oleh satu rasa saja.
Khawatir dan tenang adalah dua sahabat yang berjalan berdampingan.

Khawatir itu ibarat ayah. Tegas namun peduli.
Datang bukan untuk menakut-nakuti,
melainkan untuk menjaga agar kita tidak lengah.

Tenang laksana ibu. Lembut dan menenangkan.
Hadir sebagai pelipur dari khawatir yang berhasil kita terima dan kelola.

Lihatlah baterai pada lampu itu.
Ada kutub negatif dan positif yang bekerja bersama.
Jika hanya salah satu yang hadir,
cahaya tidak akan muncul.

Begitu pula siang dan malam.
Mereka tidak berjalan ke mana-mana.
Namun bumi yang berputar membuat keduanya terlihat datang silih berganti.
Dan justru karena perputaran itu,
kita bisa melihat pagi yang cerah dan senja yang syahdu.

Manusia pun serupa.
Kita tidak bisa memilih untuk hanya merasa tenang.
Sebab meskipun tak diundang, khawatir akan tetap datang.
Ia adalah bagian dari dunia.
Dari perjalanan menjadi manusia seutuhnya.

Bahkan para nabi dan filsuf yang bijak pun pernah merasa khawatir.
Namun mereka tidak melawan rasa itu.
Mereka berdamai, menyambutnya sebagai kawan.
Menjadikannya bahan bakar untuk menjaga keseimbangan jiwa.

Di situlah letak keindahannya.
Pada titik tengah antara khawatir dan tenang.
Antara terang dan gelap.
Antara tahu kapan berjuang dan kapan berserah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun