Mohon tunggu...
Fauzan Romadlon
Fauzan Romadlon Mohon Tunggu... Penulis lepas

Belajar Berkontribusi untuk Humanitas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendefinisikan Ulang Pola Pembelajaran Daring, Antara Sharing Knowledge dan Transfer Etika

30 November 2020   11:53 Diperbarui: 30 November 2020   12:16 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan pendidikan yang humanistik. Konsep pendidikan humanistik bertujuan untuk menjadikan manusia memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai individu akan tetapi secara fakta hidup di tengah masyarakat. Dengan demikian, manusia tersebut masih memiliki tanggung jawab moral kepada lingkungan yaitu berupa pengabdian demi kemanfaatan masyarakat (Makin & Shaleh, 2007). Harapannya, selain berfokus pada kegiatan pembelajaran, seorang pendidik dan peserta didik ikut pula berpartispasi dalam kegiatan di masyarakat dalam upaya pencegahan covid-19. Baik menjadi seorang relawan atau hanya membantu melalui donasi, merupakan sebuah tindakan nyata dari aplikasi pendidikan humanistik.

Bangsa yang berkualitas didapatkan dari pendidikan yang berkualitas. Kaum terdidik tidak hanya cerdas secara intelektual akan tetapi kaum terdidik haruslah mempunyai nurani untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan aman. Oleh karena itu, moralitas dan intelektualitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan sebagai tujuan utama penyelenggaraan pendidikan. 

Di sisi lain, terdapat beberapa benturan image dari sebuah pendidikan. Image yang pertama adalah school as factory. Maksudnya adalah sekolah merupakan metafor dari sebuah pabrik yang memproduksi massal sebuah produk dengan penekanan quality control yang diharapkan pasar. Pimpinan lembaga pendidikan diarahkan sebagai manajer, pendidik diarahkan sebagai karyawan, dan peserta didik dijadikan produk yang harus digerakkan dan dibentuk. 

Di sisi lain, image tersebut bertolak belakang dengan image school as family. Image tersebut mempunyai maksud bahwa sekolah harus melayani peserta didik secara utuh sebagai individu. Image ini mengasumsikan bahwa terdapat hubungan pendidik dan peserta didik merupakan sesuatu yang diutamakan (Yamin, 2009). Image sekolah sebagai factory dan family memang bertentangan, akan tetapi image tersebut masih banyak diterapkan di negara ini atau bahkan banyak juga yang mengakomodir semuanya secara bersamaan.

Selain itu, cita-cita menjadi bangsa yang mandiri adalah dambaan para pendiri bangsa. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang selalu mengedepankan kesehatan dan pendidikan. Sumber daya manusia yang sehat akan menciptakan masyarakat yang sehat dan waras. Lebih lanjut lagi, bangsa yang beradab adalah bangsa yang mampu hidup dan tinggal dalam keberagaman baik itu suku, agama, ras, dan adat secara berdampingan. Oleh karena itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini tidak hanya dibutuhkan toleransi, melainkan co-operation (kerjasama) (Kuntowijoyo, 2002). Co-operation merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari tolerasni dimana bangsa kita sudah lama mempraktekkannya akan tetapi elit politik masih saja diributkan pada zona toleransi. 

Terakhir adalah bangsa yang berdaya saing tinggi. Hal tersebut didapatkan dari usaha menciptakan Pendidikan yang menekankan pada kemampuan dan inovasi sehingga melahirkan gagasan yang besar dan bermanfaat. Selain itu, adanya semangat membangun Pendidikan yang lebih serius dengan menyeimbangkan soft skill dan hard skill peserta didik sebagai sebuah spirit dalam progress pengembangan diri. Pola-pola inilah yang harusnya segera disadari oleh pendidik dan peserta didik dalam menyikapi pembelajaran daring. 

Kebutuhan akan kreatifitas dalam sharing knowledge dan tekanan untuk selalu mentransfer etika merupakan sebuah keharusan yang tetap dijalankan terutama dalam kondisi wabah seperti sekarang ini. Bila pola ini diterapkan, maka esensi pembelajaran dalam kondisi apapun akan terlaksana dengan baik sesuai tujuan pembelajaran. Akan menjadi lebih baik, bila pola telah ditemukan, kemudian diarsipkan dalam bentuk tulisan atau dokumen sehingga bila sewaktu-waktu terjadi hal yang sama, maka pendidik dan peserta didik telah memiliki panduan dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

Daftar pustaka

Darmawan, J A., dan Bonafix, Nunnun. (2011). Perancangan Komunikasi Visual Web Agmes Interaktif “gooclean.com” Guna Menanamkan Budaya Anti Korupsi Sejak dini .Jurnal Humaniora Vol. 2 No.2, 959-967. Hakim, L. (2012). Model Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 141-156.

Freire, P. (2000). Pendidikan kaum tertindas. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=O4vwGwAACAAJ

Kuntowijoyo. 2018. Muslim Tanpa Masjid. IRCiSoD: Yogyakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun