Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keajaiban di Seutas Do'a

23 Juli 2016   20:56 Diperbarui: 23 Juli 2016   22:15 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata setelah Anna keluar dari ruang rawat sang suami. Salah seorang suster yang menunggui suaminya melapor ke dokter William kalau degup jantung pasien yang sedang koma itu mulai tak beraturan.

Anna tak sempat melihat sekawanan dokter yang membubungi ruang rawat suaminya, hanya Annisa sang adik  yang memilih menyaksikan dokter-dokter yang berusaha menstabilkan detak jantung suami kakaknya itu.

Annisa tak henti-hentinya berdoa dalam hati supaya Tuhan berkenan menyelamatkan dua nyawa yang sangat berarti dihidupnya, suami kakaknya yang sedang kritis itu dan sang kakak yang sedang berjihad untuk melahirkan.

Ia tak bisa tenang, lafalan ayat-ayat suci terus menggetari bibir-bibirnya. Wajahnya makin cemas karena sudah satu jam dokter-dokter itu tak berhasil menstabilkan detak jantung suami sang kakak. Sedangkan Anna yang pinsan setelah melahirkan belum juga sadar.

Annisa kemudian berlari untuk melihat keadaan sang kakak, karena seorang suster memberitahunya bahwa kakaknya telah siuman.

——


Rona bahagia dari wajah Anna tak dapat disembunyikannya sama sekali. Ia benar-benar tak percaya di tangannya kini telah ada seorang bayi mungil yang sangat lucu. Dengan hati-hati tangannya menyisir wajah buah hatinya yang terasa selembut kapas.

Bibirnya berulang kali mengurai senyum bahagia yang ia yakini hanya akan muncul sekali seumur hidupnya.

Rasanya Anna ingin cepat-cepat menunjukan buah hatinya ini pada sang suami tercinta.

Belum sempat Anna melangkah, ternyata ada seorang yang mengetuk pintu.

“Mba Anna…” sahut Annisa langsung menghambur ke arah sang kakak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun