Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keajaiban di Seutas Do'a

23 Juli 2016   20:56 Diperbarui: 23 Juli 2016   22:15 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak sang suami mengalami kecelakaan dahsyat yang mengakibatkan cedera otak yang serius itu, Anna yang kadang menggantikan posisi sang suami untuk mencari lembar demi lembar receh. Walau ia tahu usahanya ini tak seberapa, bahkan terkadang Anna pun sering menggunakan tabungan sang suami untuk keperluan mendadak, tapi setidaknya warung kecilnya ini dapat membantu perekonomian keluarga.

Terkadang Anna pun bermain dengan imajinasinya. Ia berandai suaminya ada di sini ikut mengulak sambal kacang bersamanya. Lalu sang suami beralih ke meja makan dan melahap habis sambal kacang itu dengan beberapa potong gorengan hingga memenuhi rongga mulutnya.

Anna tersenyum membayangkan itu semua. Namun tak lama, air matanya kembali berderai, ia teringat kejadian itu persis terjadi sesaat sebelum sang suami pergi ke kantor dan kecelakaan itu pun merenggut kesadaran suaminya sampai saat ini.

Tapi bagi Anna lebih dari itu, kecelakaan itu juga merenggut kebahagiaannya, pelita hidupnya, serta semangat hidupnya.

Anna mendesah pelan, lagi-lagi ini masalah takdir. Takdir yang mengharuskannya mencicipi rasa pahit ini. Entah akan berakhir kapan, ia pun tak tahu. Dirinya hanya yakin, dibalik rasa pahit ini pasti akan ada manis yang menanti.

Pasti akan ada.


——

Lorong rumah sakit itu tampak sepi. Hanya terlihat beberapa perawat dan petugas kebersihan yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Meja pendaftaran pun masih tampak kosong. Hanya ada seorang petugas yang terlihat berjaga-jaga disekitar area itu.

“Eh, mba Anna. Tumben pagi sekali datangnya mba.” Sapa seorang perawat muda yang kebetulan berpapasan dengan Anna.

Senyum Anna merekah di bibir, wajah wanita itu tampak segar pagi ini. “Iya nih, Tik. Aku cuma nggak mau ketinggalan menikmati momen matahari terbit bersama suamiku.”

Perawat itu tampak memandang kagum pada sosok wanita di hadapannya, “Wah, mba Anna ini selain cantik dan sangat penyabar. Ternyata mba Anna juga romantis ya. Saya doakan mudah-mudahan mas Azzam cepat bangun dari komanya, supaya dapat melihat kembali wajah istrinya yang sangat mencintainya ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun