Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keajaiban di Seutas Do'a

23 Juli 2016   20:56 Diperbarui: 23 Juli 2016   22:15 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang suami mengajak Anna ke padang ilalang pagi itu selesai melakukan senam. Tempat itu ternyata berada di dekat kompleks perumahannya tapi Anna tak pernah menyadari keberadaannya karena tertutup tembok beton yang mengelilingi sekitarnya.

Anna sangat senang, karena di tempat itu banyak bunga flamboyan yang tumbuh liar.

Warnanya beragam dan sangat elok, dari mulai ungu, merah, merah muda sampai putih. Anna bersorak hampir histeris. Ia meminta sang suami untuk mengabadikan momennya dengan bunga flamboyan dengan cara memotret menggunakan kamera digital. Berbagai pose diperagakan Anna di depan kamera itu. Tak jarang juga ia mengajak sang suami untuk unjuk diri bersamanya.

Setelah merasa puas, sang suami meminta Anna untuk mencari sosok embun yang dari awal diincar suaminya. Anna tampak sedikit ragu, tapi ia kembali mengingat janjinya untuk memenuhi keinginan suaminya di hari itu apapun juga. Ia menuruti.

Ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencari dedaunan yang masih digelantungi embun, karena sang mentari juga belum terlihat tampak.

Mereka akhirnya menemukan dedaunan yang dipenuhi titik-titik embun.


Sang suami meminta Anna untuk memerhatikan embun itu dengan seksama, dan juga meminta Anna untuk menyebutkan satu saja keistimewaan embun di antara ciptaan Allah lainnya.

Anna sempat bingung dan berpikir sejenak. Matanya tak benar-benar menatap dedaunan yang berembun itu. Setelah ragu, akhirnya ia angkat bicara, “Embun itu... hanya ada ketika pagi. Jadi menurutku, embun itu adalah pelita pagi.”

Sang suami menimbang-nimbang jawaban Anna sejenak. Tak dapat dielak, jawaban istrinya itu memang cukup masuk akal. Dan sang suami pun mengurai senyumnya. “Cukup bagus, ada yang lain?”

“Bukankah kau hanya meminta satu tadi, mas?” tanya Anna mengerutkan kening.

“Ya memang, tapi kalau kamu bisa menjawab yang lain, aku akan beri nilai tambah,” jawab sang Suami dengan wajah menggoda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun