"ya.. terus..??" ucap kris seraya mengerenyitkan dahinya, belum tahu apa maksud dari orang yang mengaku bernama tomo di ujung telpon sana. Kris menjawab bernada ketus, dipikirnya, orang ini hanya menghabiskan waktunya saja. Hari itu hari minggu. Kris sudah bersiap memanaskan mobilnya  untuk menjemput suci  dan melakukan banyak hal yang sudah dijanjikanya dengan suci.
"gini, aku mau menyampaikan sesuatu yang penting buat kamu. Kamu bisa temuin aku di lapang merdeka?"
"lah..? kenal aja belum kok sudah ngajak ketemu? Kamu siapa?"
"ok lah aku kasih tau sedikit. Nama aku tomo dan aku beberapa bulan ini dekat dengan suci, bahkan kami berdua sudah seperti suami istri". Sahut Tomo.
"maksud kamu..?" jawab kris, rasanya ada petir yang baru saja menyambar kepalanya. Gelap, gelegarnya menghancurkan hati dan asa nya berkeping-keping.
"iya gitu.. jadi kalau bisa kamu harus putuskan suci, biarkan kami hidup bersama karena suci sudah saya hamili".
Kris semakin bingung dengan perkataan-perkataan tomo, namun kris tetap berusaha mengendalikan emosi. Kris berpikir tidak bisa mempercayai orang yang tiba-tiba nelpon dan mengabarkan sesuatu yang tidak baik terutama mengenai suci.
Setelah percakapan dengan tomo berakhir tanpa hasil apa-apa selain kegelisahan di hati kris. Kris mencoba menghubungi suci. Suci mengaku bahwa dia tidak tahu siapa itu tomo, "mungkin hanya fans.." ucap suci ketika kris mendesak dan mencoba mengorek keterangan sebanyak-banyaknya dari suci.
"ya sudah kalau begitu, cuma kalau bisa kamu datang ke rumahku aja ya, jadi pusing ini.." ucap kris pada suci di telpon.
Kris mencoba untuk tetap tenang menghadapi situasi yang baru saja menimpanya, rasa cemburu dan marah sebenarnya membuncah dalam dirinya, namun dengan sabar dia berusaha mempetakan strategi, bagaimanapun kris berpikir bahwa dia harus berusaha membuktikan omongan-omongan yang disampaikan tomo, terutama masalah kehamilan suci yang benar-benar memukul dirinya.
***