'Baik.'
     Kemudian dengan argumen yang tetap sama tetapi dengan contoh-contoh lain, Kasidi meyakinkan para peserta seminar bahwa benar adalah masa depan yang menentukan masa kini dan masa lalu. Bukan sebaliknya.
     'Karena di masa depan harus ada bangunan berlantai 100 maka tidak pilihan lain untuk masa kini dan masa lalu harus ada arsitek yang menggambar bangunan tersebut. Harus ada insinyur sipil yang mengerjakannya. Harus ada tenaga kerja yang membangunnya. Harus ada ini. Harus ada itu. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Harus ada ini harus ada itu. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Dan semua keharusan ini, yang tidak bisa tidak harus, karena di masa depan jelas-jelas ada bangunan berlantai 100.'
     Penjelasan demi penjelasan, contoh demi contoh terus meluncur deras dan jelas dari mulut Kasidi, sebelum akhirnya seminar selesai, tanpa sempat ada sesi kedua, lalu ditutup, lalu pulang dengan sejumlah benang kusut di kepala masing-masing peserta.
     Spanduk MASA DEPAN, MASA DEPAN, DAN MASA DEPAN yang tetap dengan megah menantang di latar belakang setelah seminar selesai seakan menjadi saksi bisu betapa hebatnya pikiran manusia sebagai mahluk jagoan perekayasa ulung. Perekayasa masa depan sekaligus pengintip yang handal guna memastikan bahwa di masa depan memang ada semua hal yang menjadi sumber otoritas untuk mengikat masa kini dan masa lalu.
XZSS-27112017