Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Filsafat: Jangan Meremehkan Masa Depan

3 Desember 2020   01:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   07:38 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://imageanation.com/

          'Aku ulangi sekali lagi ya. Kulihat paras muka kalian seperti anak badak melihat wanita cantik berbikini di siang bolong. Karena di masa depan ada kematian maka masa kini dan masa yang lalu tidak mempunyai pilihan lain -- ulangi: tidak mempunyai pilihan lain -- kecuali menghadirkan kehidupan.'

          He he he ... kalau ungkapan seperti anak badak melihat wanita cantik berbikini di siang bolong, itu memang karanganku, jadi ya jangan susah-susah mencari makna tersembunyinya karena hal itu memang tidak ada dan mungkin tidak akan pernah ada. Lalu apa hubungan roman muka anak badak dengan wanita berbikini dengan diskusi kali ini? Sama sekali tidak ada, kan? Anak badaknya tidak ada, wanita berbikininya tidak ada, jadi roman wajah si anak badak juga dapat dipastikan tidak ada. Yang ada cuma diskusi ini dan tentu saja roman wajah kalian.

          'Kalau di masa depan tidak ada kematian maka masa kini dan masa lalu sama sekali tidak mempunyai keharusan dan kewajiban untuk menghadirkan kehidupan. Karena kematian di masa depan ada dan dipastikan memang ada, maka masa kini dan masa lalu sama sekali tidak mempunyai pilihan kecuali menghadirkan kehidupan. Kematian sudah pasti ada di masa depan maka konsekwensi mengikatnya masa kini dan masa lalu harus menghadirkan kehidupan. Tidak boleh tidak. Harus dan harus.'

          Ayo coba bantah pernyataan ini, pasti tidak bisa, bukan? Level kalian berlima terlalu jauh di bawah. Bisa sedikit paham saja sudah bagus. Bagaimana?

          'Jadi kehidupan yang sekarang ternyata merupakan konsekwensi logis dan akibat dari adanya kematian di masa depan. Kalau kematian tidak ada, kehidupan kan tidak mempunyai kewajiban atau keharusan untuk hadir saat ini. Atau dengan kata lain kehidupan saat ini ada karena di masa depan ada kematian. Jadi tidak terbantahkan jika masa depan yang menentukan masa kini dan masa lalu.'

          Ruangan hening. Lalu senyap. Lalu benar-benar hening. Lalu benar-benar senyap. Lalu membeku. Lalu makin membeku. Yang terdengar hanya detak jantung masing-masing. Selebihnya tidak ada. Kata-kata Kasidi masih berputar tiga atau empat kali lagi di ruangan itu sebelum akhirnya benar-benar menghilang. Diserap keheningan, diserap kesenyapan, diserap kebekuan.

          'Karena di masa depan ada kehidupan, maka di masa lalu dan di masa kini harus ada kelahiran. Tidak boleh tidak harus ada kelahiran saat ini dan di saat yang lalu karena di masa depan sudah dipastikan ada kehidupan. Lalu bagaimana kehidupan di masa depan memperoleh legitimasi dan otoritasnya jika kelahiran masa kini dan masa lalu tidak ada? Jadi simpulannya masa depanlah yang mempunyai otoritas penentuan.'

          Senyap makin hening, hening pun makin senyap. He he he ... akan kubungkam kalian semua para kecoak, kecebong, semut, nyamuk dan kutu busuk ... ayo coba dibantah pernyataan kampungan ini ...

          'Contoh lain yang lebih nyata dan lebih ekspresif, seperti ini.'

          Kasidi berdiri, melangkah ke arah kursi kecil bercat kuning yang ada di pojok ruangan.

          'Kursi kuning ini ada saat ini dan masih akan ada di masa depan nanti. Dulu, di masa yang lalu, sebelum dicat kuning, kursi ini pasti sudah ada. Nah, karena di masa depan nanti kursi ini akan tampil sebagai kursi yang dicat kuning, maka masa yang lalu tidak mempunyai pilihan, ulangi: tidak mempunyai pilihan lain, kecuali harus ada yang mencat kursi ini dengan warna kuning. Bukan warna yang lain. Meskipun pilihan warna banyak, ada ratusan warna, tetapi untuk kursi ini hanya bisa dicat kuning dan tidak bisa dicat yang lain, atau paling tidak pada akhirnya hanya dan hanya dicat kuning karena di masa depan kursi ini memang harus ada dan hanya akan bercat kuning.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun