Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Filsafat: Jangan Meremehkan Masa Depan

3 Desember 2020   01:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   07:38 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://imageanation.com/

Kumat? Dengkulmu yang kumat ... dasar ...

          'Sama sekali tidak ngawur, sama sekali tidak kumat, tetapi kalian juga tidak ngawur-ngawur amat kok meskipun mengatakan sesuatu sebagai hal yang ngawur padahal sesuatu itu jelas-jelas tidak ngawur. Kalian tidak ngawur karena tidak paham tetapi jika nanti setelah diberi contoh plus penjelasannya dan masih tetap bersikukuh dengan pendapatnya maka pada saat itu label ngawur boleh dipasang di jidat masing-masing. Bagaimana?'

          Semua mengerutkan kening. Ini benar-benar ngawur dan tidak jelas. Seperti benang kusut. Ditarik ke sini kusut, ditarik ke situ kusut. Diam kusut, ditarik makin kusut. Dibiarkan diam ya ribet, disilahkan bicara semakin ribet. Wah kalau begini terus, tidak hanya kata-kata Kasidi yang akan membuat pikiran kita kusut tetapi juga ruang tamuku ini pasti ikut kusut juga. Harus diambil tindakan, tetapi tindakan macam apa? Memangnya kalau sudah begini, Kasidi bisa dihentikan? Setahuku sulit sekali menghentikan orang yang satu ini ...

          'Sekarang dimulai saja dengan satu contoh. Ditelaah, dibicarakan, lalu ambil kesimpulan apakah benar atau tidak jika masa depan itu -- atau sesuatu di masa depan itu - menentukan masa kini dan masa lalu plus satu kondisi yang harus diterima bahwa masa depan sama sekali tidak memberi pilihan pada masa kini dan masa lalu. Masa depan yang menentukan dan ketentuannya hampir-hampir mutlak. Tidak bisa ditawar-tawar. Masa kini dan masa lalu hanya bisa taat, tunduk dan mengikuti apa yang ditentukan oleh masa depan. He he he ... bagaimana? Sudah siap mendengarkan penjelasan yang dulu hanya boleh didengarkan oleh para dewa dan para filsuf ini?'

          Mereka berlima saling pandang. Perpaduan antara jengkel dan tidak berdaya tampak jelas. Kasidi mungkin saja orang desa yang kampungan, atau orang kampung yang desaan, tetapi dalam hal berdiskusi dan berdebat, mungkin arwah Plato dan Socrates dan Aristoteles berkolaborasi memberi energi kekal dan abadi pada orang yang satu ini hingga tahan berjam-jam dan tak pernah kehabisan bahan mempertahankan pendapatnya.

          Jangankan cuma kalian yang sejenis kecoak ini, yang tergolong para ahli pun dapat dipastikan akan keok jika berani 'head to head' menentang konsep masa depan penentu masa kini dan dulu. Simak nih wahai para kecoak, kecebong, semut, nyamuk, kutu busuk,  simak baik-baik ya ...

          'Ini contoh pertama yang paling absurd dan samar-samar. Contoh lain yang lebih cespleng dan tidak terbantahkan ya bergudang-gudang jumlahnya.'

          Suasana hening. Debur darah yang mengalir kencang karena otak yang jengkel memerintahkan jantung untuk memompa darah lebih kuat memenuhi ruangan itu. Laksana diberi pelantang, degupan cepat lima jantung yang jengkel terdengar jelas. Hanya jantung Kasidi yang berdetak normal bahkan terkesan malah lebih santai. Semua menunggu contoh yang akan diberikan Kasidi. Contoh yang konon membenarkan bahwa yang ada di masa depan menjadi penentu yang ada di masa kini dan masa lalu. Contoh itu akan segara menggelegar di ruangan ini. Jam dinding, meja, kursi, sofa, karpet, lukisan imitasi, lampu, makanan, dan yang lain juga menunggu. Mereka jengkel tetapi ingin tahu. Mereka bo hwat,  mereka kehabisan akal, tetapi apalagi yang dapat dilakukan selain menunggu.

          Kemudian, contoh pertama meluncur ke luar dari mulut Kasidi.

          'Karena di masa depan ada kematian maka masa kini dan masa yang lalu tidak mempunyai pilihan lain -- ulangi: tidak mempunyai pilihan lain -- kecuali menghadirkan kehidupan.'

          He he he ... bagaimana kalian para kecoak, kecebong, semut, nyamuk dan kutu busuk? Belum paham kan? Iyalah ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun