'Kita awali dengan tema besarnya, ya,' Santi membuka perbincangan setelah kami berenam duduk nyaman di sofa ruang tamu. Empat jenis kue basah ada di meja plus dua stoples kacang. Dua botol coca-cola besar, enam gelas plastik dengan ice-tube. "Tidak ada perubahan kan?'
     Kasidi perlahan mengangkat tangan. Santi melihat sambil sedikit membelalakkan mata. Â
     'Aku ada usul.'
     'Ya ...'
     'Jangan seperti yang kemarin dibayangkan tetapi sebaiknya tema itu dibalik.'
     Tiga diam tidak memberi reaksi. Satu terdongak dan satu mengerutkan dahi sambil membelalakkan mata. Yang ini Santi.
     'Setelah sempat merenungkan tema ini semalaman, aku merasa ada yang salah. Seharusnya yang lebih pas 'Masa Depan, Masa Kini dan Masa Lalu.'
     Kalau kalian merasa ini sama saja, yah kalian salah besar dah. Bahkan perbedaannya mungkin seperti bumi dan langit ...Â
     'Mengapa? Karena ternyata masa depan yang paling berpengaruh. Masa kini dan masa lalu dipengaruhi oleh masa depan. Bukan sebaliknya. Tanpa masa depan yang pasti, maka tidak ada itu masa kini apalagi masa lalu. Jadi ...'
     Sekarang semua kepala mendongak dan mata membelalak. Mata Santi yang paling bulat dan paling mencorong. Yah, mulai nih Kasidi yang kampungan dan desaan berlagak ilmuwan ... Kurang ajar, berfilsafat ya berfilsafat, tetapi jangan depan kami Di ... Di ...
     Komentar mungkin akan masih berkepanjangan kalau suara Kasidi tidak memotong aliran protes senyap itu.Â