Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Filsafat: Jangan Meremehkan Masa Depan

3 Desember 2020   01:00 Diperbarui: 3 Desember 2020   07:38 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://imageanation.com/

'Jika seandainya memang masa depan yang menentukan dan mempunyai otoritas sehingga masa kini dan masa lalu tidak mempunyai pilihan lain kecuali melakukan yang ditentukan, lalu bagaimana dapat diketahui apa yang ada di masa depan? Bukankah yang namanya masa depan itu baru sebatas imajinasi, harapan, bayangan, atau apalah namanya, tetapi realitasnya kan belum benar-benar ada. Pertanyaan ini saya ajukan pada Doktor Ardala dan Sdr. Moderator.'

Kurang ajar, kok bertanya pada aku?

          'Sebentar pak,' Kasidi memotong dengan cepat. 'Tugas moderator untuk memandu dan sedikit membantu jika ada paparan yang tidak dipahami, tetapi bukan untuk menjawab pertanyaan yang berat. Silahkan diajukan pada narasumber yang lain. Kan ada Profesor Tunggul dan Doktor Handoyo.'

          'Tidak pak, saya tetap ingin menanyakan pada bapak,' begitu orang perlente dengan wajah kampungan ini bersikeras. Setelah sempat bertukar pandang dengan para narasumber, Kasidi akhirnya mengangguk. Dasar kampungan yang keras kepala.  

          'Baik, pak. Jika bapak memang mendesak dan bersikeras, dan karena para narasumber sendiri sepertinya tidak berkeberatan, maka baiklah, nanti saya akan ikut menjawab pertanyaan ini dengan catatan jika Doktor Ardala yang ahli Metafisika Terapan belum memborong semua aspek jawaban yang berkaitan dengan masa depan.'

          Kemudian masih ada dua penanya yang melanjutkan bertanya tetapi di dalam kepala Kasidi sepertinya hanya pertanyaan dari si pemilik wajah kampungan pakaian perlente yang menguasai arena. Yang lain sumir dan tidak terlalu bermutu. Sialan ... 

          Kemudian sebagai moderator Kasidi menggunakan hak prerogatifnya dengan mengubah urutan. Pertanyaan si pakaian perlente wajah kampungan diletakkan paling terakhir. Pertanyaan yang kurang penting, paling tidak menurut Kasidi, diberi giliran lebih awal.

          Ruangan kembali senyap ketika tiba giliran Doktor Ardala memberi tanggapan terhadap pertanyaan yang mempertanyakan keberadaan masa depan.

          'Adalah benar bahwa banyak hal di masa depan yang belum ada barangnya, tetapi adalah juga tidak benar dan mengada-ada jika dikatakan bahwa di masa depan, dengan sudut pandang masa kini dan masa lalu, sama sekali tidak ada apa-apa. Sudah ada pak, dan sudah pasti ada pak, dan banyak, dan bahkan mungkin semuanya ada. Contoh dari Sdr. Moderator jelas sekali menunjukkan ini. Bahkan ketika memberi pengantar tentang kematian yang pasti ada di masa depan, Sdr. Moderator dengan cerdik merangkum semua konsep masa depan. Bukankah sudah pasti, dan benar-benar pasti, bahwa di masa depan ada kematian untuk masing-masing individu, untuk masing-masing mahluk hidup? Karena kematian yang sudah pasti ada di masa depan maka masa kini dan masa lalu menjadi tidak mempunyai pilihan lain kecuali memberikan atau menyediakan atau mengadakan atau apalah namanya apa yang disebut sebagai kehidupan.'

          Kemudian masih dilanjutkan dengan penjelasan yang agak rinci dari sudut pandang ilmu yang ditekuninya, Doktor Ardala melanjutkan dengan merangkum sejumlah teori dalam Metafisika Terapan untuk memberi tanggapan bagi si penanya. Setelah itu barulah panggung diberikan pada Kasidi si moderator.

          'Silahkan pak.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun