Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diantar Oleh Tragedi, Diobati Oleh Trauma

4 Oktober 2022   08:07 Diperbarui: 4 Oktober 2022   08:23 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic: tanjungharosikabukabupadangpanjang.desa.id

"Maaf, Mas Alfi, bapak dan ibu meninggalnya karena sakit?"


"Tidak, Pak, waktu itu ada kerusuhan supporter bola, ratusan jumlahnya, bapak dan ibu salah satu diantara mereka. Sejak itu saya hanya tinggal dengan Budhe."

Raji terdiam sejenak, ada luka yang semakin mengembalikan ingatannya ke masa itu, saat ia masih menjabat sebagai polisi muda dan ia tahu persis kejadiannya.

"Jadi, budhe yang membiayai pendidikan Mas Alfi?"


"Budhe bantu saya mengelola uang santunan dari pemerintah, Pak. Saya kuliah dari uang itu. Kejadian itu sebulan sebelum saya ulang tahun, kebetulan ada pertandingan di Stadion Kanjuruhan, beliau penggemar berat sepak bola. Ayah bilang ajakan nonton pertandingan itu sebagai kado buat saya. Ternyata malah jadi pengalaman pertama dan terakhir untuk saya dan ibu. Karena setelah itu saya jadi trauma nonton pertandingan bola, Pak." Jelas Alfi diselingi senyum hambar.

Raji bisa mendengar tarikan napas yang berat dari kalimat per kalimat yang disampaikan Alfi. Sesak itu sampai juga ke hatinya. Ia memahami beratnya masa kecil anak muda yang duduk di hadapannya kini. Kejadian 15 tahun silam menjadi hal yang cukup mencoreng nama kepolisian. Negara ini pun tak lepas dari cemooh negara-negara lain. Sebagai mantan polisi, Raji pun terbebani dengan insiden yang melukai banyak manusia di depan matanya.

Seorang asisten rumah tangga tiba-tiba muncul dengan kudapan untuk majikan dan tamu istimewanya. Kehadirannya memberikan sedikit waktu untuk Raji mengatur napasnya yang sedikit sesak.

"Ayo mas Alfi, dicoba dulu. Ini makanan dan minuman khasnya Bengkulu, tanah kelahiran saya.  Ada teh telur dan Lepek Binti, kalau di Jakarta kue ini mungkin rasanya seperti lemper."

Sesungguhnya Alfi sangat tidak memiliki napsu mencicipi apa pun malam ini, karena ia sedang membuka memori lama tentang bagian-bagian terpahit dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun