Mohon tunggu...
Tivana Fachrian
Tivana Fachrian Mohon Tunggu... Seniman - Coupleblogger

We wilt have poetry in our life. And adventure. And love. Love above all!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Twig & Burgeon

23 Desember 2020   18:06 Diperbarui: 6 Januari 2021   07:22 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burgeon adalah gadis yang sangat cantik, matanya bulat bagaikan anggur-anggur di keranjangnya. Twig dan Burgeon kecil selalu bercanda setiap mereka bertemu. Ibu Burgeon mengetahui hal ini dan sangat takut jika ketika tumbuh nanti keduanya saling menaruh hati.

Namun, karena dia sangat mencintai putrinya, dia tak pernah tega melarang Burgeon berbicara dengan Twig. Sejujurnya, Ibu Burgeon sangat bahagia jika melihat keduanya bercengkerama sebab sebelum kedatangan Twig, Burgeon adalah gadis yang sangat pendiam dan tak memiliki teman. Ibu Burgeon tak pernah melihat putrinya tertawa lepas sebelumnya. 

Karena itulah Sang Ibu memasang tirai di kedai mereka agar jika sewaktu-waktu Twig datang, keduanya dapat berbicara sedikit lebih lama tanpa dilihat oleh orang-orang di sekitar. Hal ini berlangsung hingga keduanya beranjak remaja. Ketakutan terjadi, cinta mulai tumbuh seiring masa, tak hanya bertemu dan bercanda mereka sering menukar surat diam-diam dan memiliki pertalian.

Di lain hari, Twig tengah menyetor olahan-olahan anggurnya kepada para pedagang kecil di pasar perbatasan. Namun seketika saja dadanya terguncang ketika melihat sepasang lelaki dan perempuan ditarik keluar dari sebuah gudang gandum dekat dengan kedai Burgeon. 

Pasangan itu diseret dan dihempaskan ke tanah, dipukul, bahkan ditendang dengan sepatu-sepatu besar para penjaga keamanan. Selain mereka, ada pula seorang lelaki marah yang turut memukul hingga meludahi perempuan dengan pakaian tersobek tak beraturan itu. Rupanya, sepasang lelaki dan perempuan merupakan orang-orang yang telah tertangkap berzina di gudang gandum.

Perempuannya telah bersuami dan memiliki beberapa anak. Twig semakin melemas ketika menyadari bahwa kedua orang tersebut memiliki dua tanda yang berbeda di pelipis mereka; seakan melihat gambar diri sendiri. 

Apa yang dilakukannya selama ini mungkin akan membawanya kepada nasib yang sama. Di antara kerumunan orang yang menyaksikan kejadian itu, ia melihat Burgeon dan Ibunya memandang iba sampai menangis. Hari itu pulalah terakhir kalinya ia dapat memandang Burgeon. 

Tak hanya itu, kecurangan-kecurangan lain mulai terungkap. Rupanya, jalinan asmara di pasar tersebut tak hanya dirajut oleh satu dua orang, tetapi Tuhan masih melindungi Twig dan Burgeon kali ini. Semenjak kejadian besar tersebut, kedua Raja dari Larland dan Earland bersepakat untuk memutuskan perdagangan di antara mereka. 

Tiada lagi pasar perbatasan dan celah apa pun untuk membiarkan rakyat dari kedua negara bertemu. Akan dimusnahkan pasar itu serta diganti dengan dinding tinggi. Pengumuman disebar hingga ke seluruh penjuru negeri. Twig begitu marah kepada dunia saat mendengar hal itu. Ia berlari ke gereja kemudian berteriak frustasi.

Peristiwa itu membawa dampak yang cukup besar bagi para penduduk, terutama orang-orang yang biasa menggantungkan hidup kepada pasar perbatasan. Di Negeri Larland, banyak usaha yang menggulung tikar pagi-pagi akibat ketiadaan bahan baku bagi usaha mereka. 

Raja Larland mendatangkan bahan-bahan makanan dari negara-negara lain, namun tentu saja harga dari bahan-bahan tersebut begitu mahal. Faktanya, Larland dan Earland merupakan dua negara yang masih saling memerlukan akan tetapi terpenjara oleh pamali dan tradisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun