Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasus Kolam Merah [Detektif Kilesa]

16 Juli 2020   17:34 Diperbarui: 16 Juli 2020   17:34 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Diamlah, Charles. Aku mengenalnya. Aku juga sedikit penggemar lukisan dan pahatan. Tunggu, kukoreksi. Aku tidak mengenalnya, karena itu butuh dua belah pihak untuk saling mengenal. Aku mengetahuinya."

Charles menganggukkan kepala, "Baiklah."

Akhirnya kami pun memasuki komplek Pondok Kelabu. Benar -- benar perumahan elit. Di sekeliling kami rumah -- rumah sinetron berdiri di atas tanah luas. Kami memasuki Jalan Mutiara Indah. Mobil tim forensik yang terparkir di pinggir jalan menjadi penanda rumah TKP. Rumah itu tidak sebesar rumah -- rumah sebelumnya, namun tetap memberikan kesan elegan dan mewah.

Aku dan Charles memasuki pekarangan. Dari pekarangan, kami langsung dapat menyaksikan tempat kejadian perkara. Sebuah kolam renang berada di sisi barat rumah, menghabiskan hampir setengah lahan tanah. Rumah bercat krem berada di sisi satunya, dengan pilar -- pilar yang menjulang penuh dengan pahatan eksotis. Namun tidak ada dari kami yang memerhatikan itu. Semua fokus kami tertuju pada kolam renang. Bukan pula karena ada tubuh yang mengambang di atasnya. Melainkan karena kolam itu berwarna merah!

"Tidak mungkin..." ujarku terperangah, lalu bersama Charles berjalan terbata -- bata menuju kolam berwarna merah itu. Mahmud sudah berjongkok di samping tubuh yang masih mengambang di atas kolam merah. Ia sedang memeriksa identitas korban, sementara timnya berada di belakang dan memeriksa yang lain. Sang ketua forensik menyambut kedatangan kami dengan ekspresi mengejek.

"Lihatlah, orang -- orang kota sudah datang. Lihat itu, Kirman, mereka belum pernah menyaksikan air berwarna merah. Kocak sekali mereka itu."

Aku tidak suka diolok. "Tidak perlu bertele -- tele, Mahmud. Jelaskan mengapa air ini bisa berwarna merah. Apakah ini darah?"

Mahmud berdiri dan mendatangi kami. "Periksa saja sendiri. Tenang saja, ini aman."

Aku memandangi Mahmud dengan ragu -- ragu. Orang ini memang terkenal dengan lelucon dan prank. Namun Charles sudah membungkuk dan mencedok air kolam dengan tangannya. Ketika diangkat, air itu berwarna putih jernih.

Ia menggeleng, "Nope, ini bukan darah. Ini air biasa."

"Lalu apa yang menyebabkan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun