Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pewaris Tahta yang Bersembunyi [Novel Nusa Antara]

22 April 2020   09:31 Diperbarui: 22 April 2020   09:32 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku tidak melihatnya, tuan Senadi. Namun dengan segala hormat, tolong pusatkan pikiranmu kepada perang yang sedang berlangsung. Aku harus menyesuaikan formasi pasukanku dengan formasi pemuda -- pemudamu, para pemuda Merapi." Raka Saputro membalas ucapan sang bupati.

Mapala Senadi tersenyum, "Fomasi apakah yang kau harapkan aku tempatkan sekarang di medan perang?"

Raka Saputro mengernyit.

 "Jika kau melakukan sebuah bukaan cakrawyuha, maka aku dapat melengkapi dengan penyerangan seperti garudawyuha. Jika kau menyerang," Raka Saputro berhenti dan tercekat. "Tidak mungkin kau akan menggunakan formasi menyerang."

Mapala Senadi kembali tersenyum.

"Apakah kau baru kali ini terjun ke medan perang? Kau masih hijau, Raka Saputro."

Raka Saputro menggeleng tanda tidak setuju. Ia membuka mulutnya untuk membalas, namun perkataan Mapala Senadi lebih cepat.

"Aku mendapatkan ilmu tentang formasi perang ketika belajar di pasukan kerajaan belasan tahun yang lalu. Namun aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri Samaratungga tidak menggunakan formasi -- formasi dari Bharatayudha ketika menaklukkan Kerajaan Kedu. Begitu pula ketika Samagrawira dan Balaputradewa datang. Formasi -- formasi itu hanyalah sebuah karangan yang dilebih -- lebihkan. Di atas lapangan, semua akan berbeda."

Raka Saputro terdiam mendengar penjelasan Mapala Senadi. Matanya memandang tajam, meminta penjelasan sang bupati.

"Tenang saja, ksatria, aku tidak merendahkan ilmu perang yang telah kau dapat. Yang terpenting adalah mempertahankan garis pertahanan. Tempatkan mereka yang memiliki kemampuan perang berlebih di pinggir, sehingga kita bisa melakukan pengepungan jika diperlukan. Jika garis pertahanan hancur, akan terjadi pertempuran brutal di atas lapangan. Bahkan bisa saja teman tertembus pedang teman lainnya. Kau dan pasukanmu dapat membantu aku di bagian pinggir, ksatria. Itupun jika engkau berkenan."

Di dalam hatinya Rakai Pikatan menyetujui ucapan Mapala Senadi. Sebagian besar perang di dalam buku memang dikarang secara berlebihan. Kita tidak pernah melihat langsung bagaimana cakrawyuha berfungsi menghadapi penyerangan musuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun