Setiap kali layar digeser, ada konten segar yang muncul, dan itu memberi kepuasan kecil di otak.Â
Inilah yang membuat scroll terasa menyenangkan, bahkan membuat kita lupa waktu.
Selain itu, ada juga dorongan untuk tetap terhubung. Banyak orang merasa tidak ingin ketinggalan kabar terbaru dari lingkaran pertemanannya.
Dari cerita sederhana tentang aktivitas sehari-hari hingga kabar besar yang sedang ramai diperbincangkan, semua terasa penting untuk diketahui.
Perasaan ini kerap dikenal dengan istilah FOMO, atau fear of missing out, yang membuat seseorang merasa harus terus mengikuti perkembangan meski sudah larut malam.
Ketika seseorang membuka media sosial sebelum tidur, sering kali ada alasan sederhana. Ingin menutup hari dengan sedikit hiburan.
Namun tanpa sadar, hal itu juga menjadi cara menjaga hubungan sosial. Dengan mengetahui apa yang dialami teman atau apa yang sedang dibicarakan banyak orang, kita merasa masih terikat dalam percakapan bersama.
Dampak bagi Tubuh dan Pikiran
Meski terlihat sepele, kebiasaan ini bisa membawa konsekuensi tertentu.
Layar ponsel memancarkan cahaya biru yang dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur.Â
Akibatnya, waktu tidur terganggu dan kualitas istirahat menurun. Bangun pagi terasa lebih berat, energi berkurang, dan konsentrasi bisa menurun sepanjang hari.