Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta yang Tetap Berdiri, Meski Sendiri

24 Juli 2025   22:57 Diperbarui: 24 Juli 2025   22:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika suatu hari langkahmu tak lagi menginjak bumi

dan kau terbang terlalu tinggi untuk mencium jejakku,

aku tetap akan berdiri di bawah langit yang sama

membentangkan tanganku---bukan untuk menahanmu,

tapi untuk berkata: aku masih di sini.

Bila pelukanmu hanya untuk bayangan

dan suaramu tak lagi menyebut namaku,

aku akan tetap menyimpan getar itu

di balik dada yang tak pernah meminta imbalan

kecuali hadirmu, meski sebatas siluet.

Aku mencintaimu, meski kau tak pernah menggenggamnya.

Aku merindumu, bahkan saat kau tak menoleh.

Aku menjagamu, di antara doaku yang diam

dan harapanku yang lebur tanpa suara.

Cinta ini bukan menunggu balasan---

karena aku tahu, hatimu tak pernah berpaling.

Bukan karena aku tak cukup baik,

tapi karena takdir tak selalu punya simpul yang sama.

Dan jika suatu hari matamu tak mengenali wajahku,

atau telingamu asing pada suara yang memanggil dengan getar,

aku tetap akan berada di sana---

membisikkannya dalam angin,

menyisipkannya di sela napasmu yang sesak:

bahwa aku mencintaimu,

bahwa aku tak akan pergi.

Selamanya itu mungkin menyakitkan,

tapi aku tak menyesali setiap detiknya.

Karena mencintaimu, bahkan dalam sunyi,

adalah bentuk tertulus dari keberanian:

berdiri di tengah api,

tanpa tahu apakah kau akan datang membawa air.

Aku tahu, kau mencari sesuatu yang belum kutahu,

jalan yang mungkin tak pernah menuntun ke arahku.

Namun bila kelak kau lelah mencari,

dan hatimu masih belum menemukan rumah,

aku tetap akan menjadi pintu yang tak dikunci

meski tak pernah kau buka.

Karena aku jatuh untukmu,

tanpa syarat, tanpa suara yang memaksa.

Aku mencintaimu meski namaku tak terukir di hatimu.

Dan jika seluruh dunia berkata aku bodoh,

aku akan menjawab:

biarkan aku bodoh, asal bukan berdusta pada rasa ini.

Kau tak akan pernah sendiri---

bukan karena kau mencintaiku,

tapi karena aku telah memilih

untuk mencintaimu, meski hanya sendiri.

Dan bila nanti kau melihat ke mataku,

meski hanya sejenak,

kau akan tahu:

ada cinta yang tak pernah meminta pulang,

karena ia sudah menetap dalam kesendirian.

Aku masih mencintaimu.

Dan jika kau tetap tak bergeming,

aku tetap di sini---

mencintaimu.

Sampai akhir.

Sendiri pun jadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun