Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Uwak Rosi dan Statin di Antara Gemerlap Idul Adha

6 Juni 2025   19:51 Diperbarui: 6 Juni 2025   19:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Uwak Rosi (Sumber: Leonardo)

Ia mendadak merasa seperti penyihir tua yang salah baca mantra. Selama ini, obat statinnya ia minum pagi—kadang sehabis nyapu, kadang sebelum bikin teh. Ternyata salah waktu?

Di meja kayu ruang tengah, ia menaruh satu botol kecil berlabel buram, satu kalender robek, dan pulpen biru. Ia menulis:

Malam = jam optimal statin. Tapi... kapan tepatnya lemak masuk darah? Sate jam 11.30. Rendang jam 16.00. Empal sore.

Sambil menulis, ia menatap langit-langit seperti sedang menghitung lintasan planet. Suara cucunya tertawa di luar sana, sambil main bola plastik dekat kandang ayam. Tapi di kepala Uwak Rosi, suara itu terdengar seperti deret angka metabolisme.

Siang datang membawa bau gulai. Uwak Rosi tetap sibuk, tapi tidak betul-betul hadir. Ia tidak ikut duduk makan ramai-ramai. Hanya mengamati dari pintu dapur, menghitung berapa sendok santan yang ditambahkan.

"Kalau tubuh saya mulai mencerna lemak pukul dua belas... berarti puncak kolesterol pukul sembilan malam?"

Ia menggigit bibir.

Bersama tumpukan toples rengginang, ia menyusun rencana. Di kalender, ia bikin tabel.

11.00: sate. 14.00: tidur siang (sisa gulai belum tercerna?) 17.00: empal+kerupuk. 19.45: puncak lipid? 21.00: obat?

Ia menulis jam emas statin: 21.45 WIB dengan huruf kapital, pakai stabilo pink. Hatinya agak lega. Ilmu pengetahuan akhirnya membimbingnya keluar dari kegelapan gulai.

Tapi saat malam benar datang, dan rumah mulai lengang, ia merasa aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun