Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia menyeduh teh manis.
Sore itu, ia duduk menghadap jam lantai. Waktu menunjukkan pukul lima. Dentang akan terdengar enam kali sebentar lagi.
Tapi sebelum suara logam itu muncul, ada suara lain dari luar rumah.
"Assalamu'alaikum, Bapak..."
Suara perempuan. Lembut, tapi penuh ragu.
Pak Ngadenan berdiri perlahan, membuka pintu depan. Di sana, berdiri seorang perempuan muda, dengan anak kecil menggenggam ujung bajunya.
Rambutnya terikat rapi, matanya sembab, dan tangannya membawa plastik berisi dua bungkus nasi.
"Sinta?" tanya Pak Ngadenan pelan, hampir tidak percaya.
Sinta mengangguk, dan mendekat sambil memeluknya erat. Lama. Diam.
Pak Ngadenan menutup mata, dan dalam diamnya, jam lantai berdentang.
Satu. Dua. Tiga...