Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Jam Waktu Tunggu

15 Mei 2025   11:12 Diperbarui: 15 Mei 2025   11:16 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen, Pak Ngadenan sedang resah menunggu giliran berangkat Haji ditemani jam lantai di rumahnya (Sumber: Leonardo)

Pak Ngadenan mengangguk waktu itu, tapi dalam hati ia tahu, kesehatannya tak lagi sama. Kakinya sering kram tengah malam. Napasnya kadang ngos-ngosan meski cuma menyapu halaman. Ia juga jadi cepat marah jika radio tidak nyala atau nasi terlalu lembek. Bukan pada siapa-siapa. Marah yang diam dan berderak di dalam.

Rumah itu seperti membeku. Dinding-dindingnya menyerap semua rutinitas yang tak lagi penting: menyiram pot tanpa tanaman, menyusun botol air di lemari pendingin yang tak pernah benar-benar dingin, dan mengelap meja tanpa alasan. Waktu tak bergerak, katanya. Tapi jam lantai membantahnya setiap hari.

Suatu sore, ia duduk lebih lama dari biasanya. Di luar, suara jangkrik mulai bersahut-sahutan. Lampu di serambi belum dinyalakan. Hanya ada cahaya samar dari jendela barat. Pak Ngadenan menatap jam. Jarum panjang perlahan naik, dan... dentang.

Satu.

Dua.

Tiga...

Ia menutup matanya. Tidak ada doa hari ini. Tidak juga air mata. Hanya bunyi lonceng yang menggemakan kekosongan yang tak bisa dijelaskan. Seperti panggilan yang tidak diangkat, atau surat yang tidak pernah dikirim.

Ia ingat pernah berkata pada Bu Ngaisah, "Kalau nanti aku ke Mekah, kamu jagalah rumah ini."

Dan Bu Ngaisah menjawab sambil tersenyum, "Kalau kamu nggak jadi berangkat, rumah ini yang akan menjaga kamu."

Waktu itu mereka tertawa. Tapi sekarang, ia tidak tahu siapa yang menjaga siapa.

Kalender baru sudah ada di meja. Masih digulung. Ia belum sanggup membuka. Seperti enggan melihat kenyataan bahwa tahun kembali berputar tanpa kejelasan. Surat pemberitahuan belum datang. Tidak juga pesan dari Kemenag. Yang ada hanya suara jam yang semakin nyaring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun