Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berbagi Jam Mengajar, Asyik atau Panik?

12 September 2025   14:27 Diperbarui: 12 September 2025   14:27 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/OLHA MULALINDA via www.detik.com

Mengajar adalah pekerjaanku. Anak-anak adalah rekan belajarku. Sekolah? Ah, itu jelas tempat favoritku.

Eh, serius? Ya iyalah. Kalau guru nggak betah di sekolah, terus mau betah di mana? Tempat yang tiap hari didatangi, lama-lama otomatis jadi hobi juga, hehe...

Dua minggu terakhir, hidupku berubah sangat sibuk. Jadwal mengajar bercampur dengan agenda yang bikin kepala nyut-nyutan. Ada persiapan Project Based Learning (PBL), mirip P5 versi Kurikulum Merdeka. Aku sendiri mendapat tugas keluar sekolah: pelatihan dari dinas pendidikan dan mendampingi murid ke OSN tingkat nasional. Seru, tapi artinya aku harus meninggalkan kelas. Otomatis jam mengajar diisi rekan guru lain.

Jujur, meski mengajar di sela agenda besar itu melelahkan, meninggalkan kelas terlalu lama bikin sedih juga. Rasa kangen muncul. Iya, kangen meski sehari-harinya penuh drama: ada yang malas menulis, ada yang ngobrol heboh saat guru menjelaskan, ada yang main bareng lalu berujung tangisan—bahkan jatuh dan luka pun masuk paket lengkap. Tapi, ya itulah warna-warni kehidupan di sekolah.

Nah, tadi siang, seorang rekan guru mampir ke ruanganku. Aku kira ada kabar genting tentang murid atau tugas mendadak. Rupanya, dia mau... meminta jam mengajarku. Satu Jam Pelajaran (35 menit) saja, katanya.

Tapi tunggu dulu, rekan itu bukan guru sembarangan. Ia Wakasek, sekaligus pengajar PBL. Katanya, 2 JP seminggu dirasa kurang untuk mengejar target. Apalagi anak-anak butuh waktu lama hanya untuk mikir ide.

Memang sih, sekarang anak-anak gampang banget tanya AI untuk segala hal. Jadinya, otak mereka agak “malas gerak”. Kreativitas dan imajinasi yang seharusnya berkembang, malah rawan tumpul. Bayangkan, kalau terus begini, bukan cuma “malas mikir”, bisa-bisa otak jadi lembek.

Awalnya, beliau minta 1 JP saat pelajaran Arts (yang notabene cuma seminggu sekali). Tapi menjelang bel, ia datang lagi… dengan wajah agak kikuk. Ternyata berniat meminta semua jam Arts-ku hari itu.

Jujur, aku sempat galau. Asyik, karena ada waktu luang untuk menyelesaikan pekerjaan lain. Tapi panik juga, karena anak-anak akan ketinggalan materi. Namun setelah menimbang, urgensi ada di pihak temanku itu. Akhirnya, dengan hati agak meringis tapi tulus, aku ikhlaskan.

Ya sudah, minggu depan aku harus mengejar materi yang ketinggalan. Semacam “maraton guru” gitu lah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun