***
"AHHHHHHHHH!!!"Â
Jessi bergegas, memegang pusarnya, dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Sabar, nak! Mama lagi nyuci!"Â
Gedoran pintu semakin kencang, hingga Jessi mencoba mendobrak pintu itu. Bu Seno menghela napas dan membukanya dengan cepat.Â
"Huekkkkkk... huekkkk...," semua isi perut Jessi lolos dengan mudahnya ke toilet.
"Nak, kita habis ini ke dokter, ya? Kondisimu tambah parah. Kamu... kamu beneran nggak... nggak...," Bu Seno kesulitan melanjutkan ucapannya. Beliau merasakan sekujur tubuhnya bergetar, takut kalau itu menjadi nyata.
"Apa telingaku masih keluar nanah, Ma?" suara robot dari ponsel Jessi terdengar sayu.
"Hah? Nanah? Cuma merah aja, nak."
Sontak, Jessi terkulai lemas di depan pintu kamar mandi. Dia menatap Mamanya, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Ma... aku masih mencium bau-bau aneh itu. Parahnya, kemarin ibu-ibu lambe turah itu kelihatan lebih seram dari biasanya. Dan barusan, keluar nanah banyak banget dari telingaku. Rasanya hidupku kayak film horor, Ma! Tapi, kayaknya Mama nggak pernah percaya sama aku..."