Mohon tunggu...
Anastasya Pratiwi
Anastasya Pratiwi Mohon Tunggu... Teknologi Pangan | Penulis | Penerjemah

Mereka bilang aku anak pangan. Sesungguhnya, aku pecinta rasa, nada, sastra, bahasa, dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bangkai, Belatung, dan Darah

25 Maret 2025   21:46 Diperbarui: 25 Maret 2025   21:53 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Human eye photo (Sumber: Unsplash/takwa abdo)

***

"AHHHHHHHHH!!!" 

Jessi bergegas, memegang pusarnya, dan mengetuk pintu kamar mandi.

"Sabar, nak! Mama lagi nyuci!" 

Gedoran pintu semakin kencang, hingga Jessi mencoba mendobrak pintu itu. Bu Seno menghela napas dan membukanya dengan cepat. 

"Huekkkkkk... huekkkk...," semua isi perut Jessi lolos dengan mudahnya ke toilet.

"Nak, kita habis ini ke dokter, ya? Kondisimu tambah parah. Kamu... kamu beneran nggak... nggak...," Bu Seno kesulitan melanjutkan ucapannya. Beliau merasakan sekujur tubuhnya bergetar, takut kalau itu menjadi nyata.

"Apa telingaku masih keluar nanah, Ma?" suara robot dari ponsel Jessi terdengar sayu.

"Hah? Nanah? Cuma merah aja, nak."

Sontak, Jessi terkulai lemas di depan pintu kamar mandi. Dia menatap Mamanya, seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Ma... aku masih mencium bau-bau aneh itu. Parahnya, kemarin ibu-ibu lambe turah itu kelihatan lebih seram dari biasanya. Dan barusan, keluar nanah banyak banget dari telingaku. Rasanya hidupku kayak film horor, Ma! Tapi, kayaknya Mama nggak pernah percaya sama aku..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun