Seminggu telah berlalu. Setiap kali mencium bau bangkai sedikit saja, Jessi segera lari tunggang langgang mencari toilet terdekat.
"Valid! Jessi hamil, Bu!" sayup-sayup terdengar suara cempreng Bu Neni bersamaan dengan bau bangkai level 2. Jessi menahan mualnya setengah mati sambil terus berjalan ke arah rumahnya.
"Bener! Asli! Baru aja kemarin saya lihat dia boncengan sama cowok habis Maghrib, Bu! Jangan-jangan backstreet, atuh!" ucapan Neng Ija membuat kayu bakarnya semakin membara. Kepalan tangan Jessi dan napasnya memburu, langkahnya dipercepat.
"Oh, paling cowok yang dimaksud Kris! Itu temannya Jessi dari kecil... Dia udah seperti anak saya sendiri. Maklum, dia dulunya anak panti asuhan. Ngomong-ngomong, backstreet itu apa ya, Neng? Saya kudet sama istilah anak jaman sekarang," Bu Suno menanggapi percakapan yang memanas ini sambil mengelus dadanya. Beliau dan anaknya, Jessi, sudah membuat perjanjian hitam di atas putih agar laki-laki yang bermaksud serius langsung datang ke rumah.
"Ya ampun! Bu Suno ini kemana aja? Backstreet itu pacaran diam-diam, nggak ngasih tahu ortu. Bisa aja! Apa lagi Jessi bisu!" nada tinggi dan penuh prasangka itu berasal dari mulut  Nona Grida. Perhiasan emasnya berkilat ditempa cahaya mentari senja. Tanpa disadari, orang yang sedari tadi dibicarakan berkacak pinggang tepat di belakangnya.
"Udah puas kalian ngejelekin aku?" telepon genggam Jessi bersuara. Walau terdengar kaku, namun mengejutkan keempat wanita yang sedang beradu mulut secara sengit itu.
"JESSIIIIIIII!!!" posisi solid Bu Neni dan Neng Ija mundur beberapa langkah.Â
"Nak! Jangan, nak!" emosi Bu Suno memuncak dan berusaha melindungi anaknya itu dari terkaman geng wanita tua bangka ini.
"Oh? Udah pulang? Nggak dianter... apa yang kalian anak muda bilang? Ayangmu?" langkah kaki Nona Grida mendekat ke arah Jessi. Beliau mengangkat dagu gadis itu lalu menghempaskannya. Rasa penuh dan begah itu kembali terasa, sekilas ia melihat sisa-sisa kulit manusia di sekeliling bibir merah Nona Grida.
"Ampun, Mbak! Ampun! Maafin anak saya...," Bu Suno memohon dengan tangan tertelungkup di hadapan Nona Grida. Wanita angkuh itu tersenyum sinis, menggelengkan kepala.
Jessi menatap nanar kedua antek Nona Grida itu. Bu Neni yang sedang tertawa terbahak-bahak mengeluarkan belatung dari mulutnya? Lalu, wajah Neng Ija penuh dengan percikan darah?