Melalui program makan siang gratis untuk pelajar bisa digalakkan kembali bahkan makanan pokok khas daerah yang selama ini diabaikan
Papua, pulau terindah di Indonesia, menawarkan berbagai kuliner unik dan lezat. Dari makanan pokok hingga hidangan istimewa, setiap daerah di Papua
Kekurangan gizi, ketahanan pangan menjadi isu hangat saat ini. dapatkah pangan lokal menjadi alternatif solusi untuk persoalan tersebut?
Cita rasa papeda yang tawar dipadu dengan ikan kuah kuning yang segar, sungguh lezat!
Sagolicius mie sagu yang populer
Dalam Goojelly ini, jelly yang digunakan merupakan jelly buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C
Mengapa Tantangan Bagi Pemerintah untuk Mempertimbangkan Sagu sebagai Bagian dari Cadangan Bahan Pangan Nasional Ternyata Masih Banyak?
Sagu, yang dikenal juga sebagai sagu palm, adalah makanan pokok yang telah menjadi bagian integral dari diet masyarakat di berbagai belahan dunia
Sagu makanan asli yang paling cocok untuk ras Indonesia. Sego dan Sangu berasal dari kata Sagu yang merupakan Makanan Pokok Masyarakat Lampau
Artikel ini hendak menyoroti fenomena mahalnya harga beras saat ini dan mengusulkan papeda sebagai alternatif pengganti nasi.
Konsumsi kembali sagu selagi harga beras melonjak naik.
Papeda, kuliner khas Papua: lezat, lembut, dan sarat sejarah. Nikmati keunikan Nusantara yang tak hanya menggoda selera, tapi juga menyehatkan!
ternyata membangun rumah dari material pohon sagu memiliki dampak yang positif bagi manusia dan lingkungan
Sagu adalah identitas maupun pangan bagi Indonesia Timur. Berbagai macam olahan dapat dibuat.
Papeda adalah makanan tradisional orang Papua di Indonesia yang dibuat dari tepung pati sagu yang berasal dari pohon sagu.
sagu atau papeda menyediakan serangkaian nutrisi yang seimbang, termasuk protein, karbonhidrat, kalsium, dan zat besi
Papeda atau bubur sagu menjadi Google Doodle pada hari ini tanggal 20 Oktober 2023, berikut penjelasannya.
Ulat berpotensi menjadi bahan pangan anti-stunting. Sebab ulat memiliki protein yang sangat tinggi
Guru di Bojonegoro, Jawa Timur, mendapatkan perhatian karena memberi komentar buruk terhadap siswanya yang membawa bekal nasi dengan lauk ulat sagu.
Ibu-ibu tak bisa membedakan tepung sagu dan tapioka.