Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen (IL) | Di Halte Ini

28 Maret 2020   16:36 Diperbarui: 28 Maret 2020   18:22 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mbak niat sekali mengantarkan pulpen itu kembali kepada saya. Dan bagaimana Mbak bisa tahu kalau saya kuliah di sini?"

"Karena itu," ia menunjuk  bros bergambar logo kampus yang aku pasang di tas.

"O iya. Benar juga." Aku pun turut tertawa. Entah kenapa rasanya ringan sekali saat aku berbicara dengannya. Seolah aku merasa sudah sangat mengenalnya.

Perbincangan tersebut pun berlanjut beberapa lama. Hingga aku mengetahui bahwa ternyata ia juga merupakan mahasiswa di kampus yang sama denganku. Hanya saja ia berada dua semester di atasku, dan ia mengambil jurusan akuntansi. Atau bagaimana perjuanganya naik ojek untuk sampai ke kampus demi bisa mendahuluiku dan mengembalikan pulpen itu. Juga permintaannya supaya aku berhenti bersikap formal saat berbicara dengannya. Serta pada akhirnya, aku bisa mengetahui namanya. Kinan. Ya, namanya Kinan. Namanya cukup cantik untuk seorang perempuan yang berparas pas-pasan.

***

Hari-hari terasa cepat berlalu. Setelah perkenalanku dengan Kinan, detik demi detik di hidupku terasa lebih bermakna. Dari sejak pertama kali aku menanyakan namanya, hingga kemudian keakraban di antara kami semakin terjalin. Kami saling bertukar nomor telepon dan mulai sering bertukar kabar. Meskipun hampir setiap kali kami bertemu di kampus ketika jam istirahat tiba.


Sulit untuk aku pungkiri bahwa kami saling berusaha untuk memperbaiki diri. Bagaimana perlahan Kinan mampu mengubah kebiasaan burukku yang sering menunda-nunda waktu. Dan bagaimana aku sering mengingatkannya untuk membawa pulpen atau perlengkapan belajarnya yang lain. Sekalipun beberapa kali ia masih kehilangan pulpen. Dan untuk mengatasi masalah itu, terkadang aku sengaja membeli satu kotak pulpen hanya untuk berjaga-jaga kalau saja ia kembali kehilangan atau lupa membawa pulpen.

Semasa SMA, aku pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan status pacaran. Namun aku belum pernah merasa senyaman dan sehangat ketika aku bersama Kinan. Sementara saat itu, hubungan aku dan Kinan hanyalah sebatas teman. Tapi aku pun sudah menyadarinya jika jauh di dalam hatiku, aku menyayanginya melebihi itu. Aku ingin bersamanya. Aku ingin memilikinya sekalipun menurut beberapa orang, Kinan adalah perempuan yang agak aneh. Bukan hanya dari segi penampilannya, namun juga sikapnya yang kerap lupa akan sesuatu yang sederhana seperti di mana ia terakhir kali meletakkan pulpen atau kunci kamar kosnya.

Aku pun tidak menepisnya. Aku pikir, memang seperti itulah ia: unik, agak teledor, tidak cantik, kulitnya kecokelatan, berjilbab namun dengan paduan warna pakaian yang acapkali bertabrakan.

Ia sangat jauh dari kata sempurna, namun justru hal-hal sepele semacam itu yang membuat aku semakin jatuh cinta kepadanya. Aku merasa bahwa ia tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama tanpa aku. Karena barangkali, suatu hari ia akan lupa di mana ia tinggal. Begitu pun aku. Aku kira aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan tugas dengan jawaban yang lebih memadai secara tepat waktu tanpa dukungan serta motivasi yang terkadang absurd darinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun