Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Di Nottingham, Salju yang Berguguran Itu adalah Kebisuan

16 Oktober 2019   13:17 Diperbarui: 16 Oktober 2019   23:57 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pagi Natal dia masih melakukan hal yang sama. Namun kali ini agak sedikit berbeda. Dia menggantung dua buah kaos kaki serta memberi dua buah kotak hadiah. Satu untukku, dan satu untuk anakku. Lengkap dengan sebaris ucapan yang menyatakan kecintaannya pada kami berdua.

Anakku bahagia menerima hadiah tersebut. Namun tidak dengan diriku. Aku tidak habis pikir dengan wanita gagu itu. Bagaimana dengan bodohnya dia bisa mencintai seseorang yang tidak dikenalnya, atau seseorang yang sama sekali tidak balik mencintainya.

Sejak awal aku jarang mau makan di atas meja yang sama dengannya. Aku lebih memilih untuk makan sendiri. Meski begitu, aku seringkali berpapasan dengan dia di dalam rumah, namun aku tidak pernah menunjukkan isyarat bahwa aku ingin menyapanya. Kami berpapasan, dan semuanya selesai begitu saja.

***

Di akhir tahun, di saat orang-orang di kota Nottingham yang dingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, aku beberapa kali melihat wanita itu bermain dengan anakku, mengajarinya bahasa isyarat serta mengajarinya menulis.

Pada malam pergantian tahun aku mengajak anakku melihat pesta kembang api di Taman Rekreasi Gregory Boulevard. Terakhir kali aku ingat kami melewati malam pergantian tahun dan menyaksikan serbuan kembang api masih dengan anggota keluarga yang lengkap.

Tapi beginilah akhirnya. Karena hidup memang seperti pertunjukan kembang api. Yang setelah selesai, lalu tak tersisa apa-apa lagi.

Di sela-sela dentuman dan detik-detik pergantian, dari dalam mobil anakku memandangku, memberiku gerakan isyarat yang menyatakan bahwa dia mencintaiku. Aku membalas. Sebisanya.

Kami pulang pukul satu, dia tertidur dalam dekapanku. Aku pun tertidur selepas meletakkan tubuh kecilnya di pembaringan.

***

Di tahun yang baru, dengan kebiasaan baru yang dilakukan oleh wanita bisu itu. Aku sudah mulai hafal dengan rutinitasnya. Pagi hari tanggal satu Januari wanita itu menulis ucapan selamat tahun baru untukku, beserta harapan terbaiknya untuk keberlangsungan hidupku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun