Mohon tunggu...
hikbal pane
hikbal pane Mohon Tunggu... Mahasiswa - menyukai bunga; ekspresi, mekar dan bebas.

Mahasiswa Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa dan Seni, Prodi Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

#1Rinai dan Puisi-puisi Lainnya

14 September 2022   23:46 Diperbarui: 14 September 2022   23:59 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1# Rinai

kujemput mata itu, kuelus lentik bulunya, katanya ia lelah memandang. kuselidiki ternyata ada peluru disana.  bekas sayatan juga menonjol. sungguh kesakitan.

2021.

2# Rinai

kesakitan tiada awal, entah mengapa tiba-tiba. rinai bertamu, satu persatu menerpa kulit, mengembalikan hangat itu lagi. kupaksa melupa, ternyata semakin mencabik saja. katanya bulan ini malam kita. kenapa dalam rinai itu kau bukanlagi kita?

2021.

1#Risau

lihat, pelangi menjuntai. lihat, burung-burung melayang bebas. lihat, bentar lagi saya akan padamu. padamu, selalu. selalu, padamu. mengapa padamu selalu, saya adalah burung. melayang bebas keahlian saya. eh lihat, pelangi murung.

2021.


2# Risau

lihat lagi, kau murung. lihat lagi, kita berdua bukan burung-burung itu. kutahu itu sakit. tapi altar, para tamu dan amplop-amplop berisi kertas bau belacan, itu benar-benar menakutiku. kau tahu, aku tahu ini egois. kita mengerti, saling melengkapi celah. tapi aku memanggilmu ego kemarin. kau pergi sambil berceloteh nama-nama binatang. sekali lagi, kita bukan burung-burung dan binatang. tapi kita risau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun