Puisi Ketat Ibu menceritakan kondisi orang tua yang merindukan anaknya di rantau
Menjadi satu, berkumpul semuaKarena apa?Sekedar bersama tak bertahan lama
Puisi tentang kepasrahan akan kehendak semesta
Nafsu? Bukan! Itu cintaPornografi Zina? Itu hiburan dewasa!Kata-kata kotor? Bahkan fitnah itu hal biasaSakit jiwa? Bukan, disforia gender belaka!
Tiada satu jengkalpun tanah di dunia Yang hukumnya tunduk pada Sang Pencipta
Ramadan akan segera berlalu, semoga kemuliaan ramadan menjadikan kita insan yang Taqwa
Matahari dan Bulan bersujudKepada Sang PenciptaKeduanya tak pernah ujubMemberikan manfaat dan pertanda
Kujelajahi tiap liku episode di depanMelaju di alam pikiranBertemu sejuta harapanDuh, betapa indahnya khalayan
Kini kusiapkan kembali bekalkuTuk melewati jalan penuh ambiguKarena belum usai kembaraku
Dalam kamusnya tak ada kata menyerah, tak pernah pula kenal lelah
Duh, gusti ke jurang Neraka pastinya negeri ini! Entah berapa banyak tangisan nestapa telah terjadi
Puisi ini berkaitan tentang bulan suci Ramadhan yang penuh berkah
Hidup yang penting makan, tidur, just have funTak ubahnya hewan
Rekayasa genetikaMenjadi problematikaMelahirkan generasi mudaLemah, bahkan tunagrahita
Namun tetap waspada! Dibalik temaram tak hanya ada cahayaPun pula gulitaBila kau tak melihat dengan waspada
Engkaulah segumpal daging. Dimana engkau yang menggerakan
Bahanmu dasarmu tepung ketan ,dicampur air dan pewarna makanan ,diuleni sampai melekat rekat dibuat bulat –bulat dengan tangan puisi klepon
Puisi tentang seseorang yang sedang berusaha untuk meraih keinginannya, meraih takdir baiknya yang menguji kesabaran dan keyakinan dalam dirinya.
"Puisi Ramadan: Temukan dalamnya perjalanan nafsu dan taubat, meraih ampunan-Nya"