1# Rinai
kujemput mata itu, kuelus lentik bulunya, katanya ia lelah memandang. kuselidiki ternyata ada peluru disana. Â bekas sayatan juga menonjol. sungguh kesakitan.
2021.
2# Rinai
kesakitan tiada awal, entah mengapa tiba-tiba. rinai bertamu, satu persatu menerpa kulit, mengembalikan hangat itu lagi. kupaksa melupa, ternyata semakin mencabik saja. katanya bulan ini malam kita. kenapa dalam rinai itu kau bukanlagi kita?
2021.
1#Risau
lihat, pelangi menjuntai. lihat, burung-burung melayang bebas. lihat, bentar lagi saya akan padamu. padamu, selalu. selalu, padamu. mengapa padamu selalu, saya adalah burung. melayang bebas keahlian saya. eh lihat, pelangi murung.
2021.
2# Risau
lihat lagi, kau murung. lihat lagi, kita berdua bukan burung-burung itu. kutahu itu sakit. tapi altar, para tamu dan amplop-amplop berisi kertas bau belacan, itu benar-benar menakutiku. kau tahu, aku tahu ini egois. kita mengerti, saling melengkapi celah. tapi aku memanggilmu ego kemarin. kau pergi sambil berceloteh nama-nama binatang. sekali lagi, kita bukan burung-burung dan binatang. tapi kita risau.
2021.
Rinai pun Risau
sembari pagi, kubuatkan segelas siang. kau melenguh soal semalam. ada duka disana. beberapa waktu dan hari ini juga, kita berdiam sepi. sunyi, seakan mulut-mulut kita tercekat dan tak ada rayuan lagi.
hujan menyapu abu jalanan. kutahu hanya rintik saja. tapi kulihat matamu membekas pada tiap butir itu. saat itu pagi dan 10 tahun lalu. kita disana, pada butir-butir itu dan ada peluru padamu. sayatan, bayang Ibu-Ayahmu, kau meringis sambil merangkulku.
katamu, dunia bukan untukmu. baiknya kau merasa tidak pernah ada. tapi aku menenangkanmu. dan kau pergi. bahkan setelah sarapan tadi, kau beda. kusapa, kau pergi. sudah malam, kusapa kembali. kau tak pernah kembali. aku sudah risau nih.
2021.