Mungkinkah ini yang disebut menikmati prahara hati
Terlalu bodoh mungkin itu aku Ketika terkekang rasa cinta sendiri
Aku tahu ini beratMembuat badan tak semangat Ketika kenyataan ku dapat Di anganku, bayangmu masih jua berkelebat
Mengejar angin semakin tak mungkin terlebih lajunya yang menjauhi ingin
Ada sejuta memori yang telah tercipta Ada berlaksa rindu telah ada Kala kau memilih pergi menjauhi rasa Kalau kau memilih tiada jumpa
Kadang aku ingin berseru-seru memohon pada Tuhan, ijinkan aku menepis rindu pada sang kekasih
Dan yang menjadi raja dalam jiwa kini hanya ada cinta yang tulus
Ku menatap angkasa dan melihat gelap Mungkin bintang dan bulan sudah bersembunyi dibalik senyap
Sebuah kata yang memicu dua makna. Setidaknya bagikuKini dalam suatu keadaan jiwa
Bukan sebuah mantera. Bukan pula sekedar lantunan kata
Perasaan bahagia menatap bunga-bunga yang sedang merekah serta kebaikan hidup.
Nyaman, aman, tentram damai Itulah yang terasa saat mengingat pesonamu
Ada gejolak rindu menggema herannya tanpa suara Pun segenap rasa yang sempat terpupuk di relung sukma
Kira-kira, apakah kita juga bisa melihat manusia saling mengkhianati dari atas sana? Apakah kita bisa melihat apa yang mereka buat di belakang kita?
Puisi yang mengungkapkan kepercayaan diri seseorang akan tangan Tuhan yang menyertai hidup
Mimpi kemarin malam sungguh berseri, tapi kemarin malam bukanlah kenyataan, haruskah mengejar itu semua? Mimpi memang kunci, namun kurang guna kunci.
Pintar belum berarti benar, pintar bukan tak pernah gusar, pintar belum tentu gemar. Perbedaan pintar dan gempar adalah bagaimana caranya dikenal.
Penjara tempat pulang, bagi para pekeja dengan hati lapang, yang tak jadi kesayangan orang.
Kala pagi berangkat dengan keranjang kosong, kala sore pulang dengan tumpukan plastik. Bagi mereka plastik adalah uang, sanggupkah Anda seperti itu?
Bangsa dapat terbangun, dapat membuat sesuatu, dapat menguasai sesuatu, dapat menghentikan sesuatu, karena guru.