Mohon tunggu...
Suherman Juhari
Suherman Juhari Mohon Tunggu... Penulis - Kalau Bukan Kita Siapa lagi?Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi ?

Seorang Peneliti di Institute for Economic Research and Training (INTEREST) dan dosen Ekonomi yang memiliki semangat dan harapan untuk pendidikan Indonesia agar lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Para Pencela

13 Agustus 2019   09:10 Diperbarui: 13 Agustus 2019   09:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hei tuan

Anda adalah pencela yang luar biasa

Sedikit si amir berjalan mulutmu sudah melontarkan cacian

Anda adalah oknum beragama yang mengumbar kebencian lewat media-media

Sedang pembaca-pembaca teramat cepat menangkap berbagai tuduhan prasangka

Anda adalah narator hebat yang mendedikasikan karyanya untuk menghujat

Saking habisnya pekerjaan yang nyaman, hingga terpilihlah hujat sebagai rutinitas harian

Hei tuan 

Anda adalah pemimpin tubuh yang luar biasa

Disaat negara anda butuh pemikir handal

Anda lahir sebagai pencela yang teramat "nakal"

Belum juga si pria kurus hebat itu panen pujian, kau sudah hujani dia dengan seribu jenis cacian

Anda lupa bahwa masyarakat Indonesia harus tunduk pada presidennya

Perihal adanya nahkoda bayangan kita bicarakan kemudian 

Hai tuan

Anda adalah warga negara yang teramat sangar

Disaat nagara sedang tercemar

Anda menebarkan fitnah-fitnah yang menggelegar

Menerobos batas kepercayaan rakyat awam

Kasihan si amir menanggung cacian musuh-musuhnya dengan sabar

Hai tuan 

Anda adalah bagian dari negara Kesatuan

Anda lebih dahulu Lahir daripada reformasi yang tercampakkan

Mengapa anda jadi pemecah kesatuan ?

Adakah reformasi jilid dua yang kau inginkan?

Sedang kau siapa dan bagaimana bisa meyakinkan kami, pekerjaanmu hanya mengumandangkan perang dan benih-benih kekesalan

Siapakah anda duhai tuan ?

Orang bilang negeri ini sedang krisis ekonomi, krisis budaya, krisis cita rasa berbangsa

Tapi lagi ingin kutegaskan tuan....

Yang menghambat kita untuk menang adalah adanya sosok-sosok seperti anda yang memecah kesatuan

Kita krisis kepercayaan yang tiada akhir

Menjelma jadi suudzon tiada batas , pada amir pilihan rakyat

Tuan.... Kita semua inginkan kepala yang tepat 

Kita adalah organ yang saling membutuhkan

Presidenku adalah kepala,

 wakil adalah leher,

Cendekiawan adalah otak, 

ulama adalah jantung

 mentri-mentri adalah tangan,

anak muda adalah kaki,

 seluruh rakyat adalah hati

Bilamana hati busuk maka seluruhnya akan membusuk , sebusuk-busuknya bau, sebusuk-busuknya tikus bangsaku

Kepala tanpa leher adalah cacat

Kepala tanpa tangan dan kaki adalah lumpuh

Kepala tanpa otak adalah bodoh

Kepala tanpa hati adalah robot

Kepala tanpa jantung adalah kematian

 Jadi mengapa kebencian masih sering dikau utarakan ?

Kenapa bukan jawaban atas permasalahan yang krusial ?

Kenapa bukan sesuatu yang mengurangi kemiskinan yang bengal ?

Jika memang anda kukuh meragukan amirku, maka silahkan , silahkan meragu

Meragulah hingga kau lapuk

Meragulah hingga dunia bersenandung atas menjamurnya generasi pengecut

Aku tegaskan tuan...

Anda bukan satu-satunya yang gerah dengan penelanjangan besar-besaran krisis yang melanda bangsa ini

Anda bukan satu-satunya yang gerah dengan bercandanya harga-harga dipasar yang membuat dompet anda terdzolimi

Anda bukan satu-satunya yang gerah pada tangisan-tangisan rakyat jelata yang mengemis keadilan

Anda bukan satu-satunya....tuan

Jika anda butuh keadilan,kebenaran dan ketegasan

Maka berilah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

Jika anda butuh kenyamanan,ketepatan dan kesempurnaan

Berhentilah menghujat,

 mari kita berdikusi berat

Mari kita berfikir keras

Mari kita berdoa, semoga Negeri ini tidak jatuh pada pundak yang salah

Kota Kalong 16 Juli 2016 

Kepada para tuan pencela yang nakal

Namrehus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun