Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosbud | Percakapan di Tepi Danau: Menjaga Taman Pikiran

25 Agustus 2025   01:41 Diperbarui: 25 Agustus 2025   01:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengarkanlah bisikannya...

Ia berkata bahwa stres yang terlalu banyak adalah seperti racun yang disiram langsung ke akar pohon yang paling rindang. Racun itu bekerja cepat, membuat daun-daun kepercayaan diri dan kewarasan mengering satu per satu.

Lalu, kebiasaan tidur yang buruk adalah seperti mencuri malam dari taman. Malam adalah saat para peri datang membersihkan debu, menyirami bunga-bunga kenangan, dan merapikan rerumputan pikiran. Tanpa malam yang tenang dan utuh, taman menjadi kusam dan layu.

Tahukah kamu? Suara yang terlalu keras adalah seperti badai petir yang tiba-tiba. Ia tidak hanya menerbangkan daun, tetapi mematahkan dahan-dahan halus yang bertugas menangkap nada-nada beludru kehidupan.

Dan rasa kesepian, menjauhi dunia, atau berlama-lama di sekitar orang yang beracun. Orang gemar menghujat, memaki dan menghina. Sosok --penuai hoax, penimbun benci, adalah pembungkus seluruh taman dengan terpal plastik.

Taman itu tercekik, kehilangan udara segar dari canda tulus dan kehangatan cahaya matahari dari persahabatan yang tulus.

Setiap berita buruk yang kita santap adalah seperti polusi yang mengotori kolam jernih tempat pikiran kita bermain. Airnya menjadi keruh, membuat kita sulit melihat keindahan yang masih ada.

Memikirkan suatu masalah tanpa ujung ibaratnya seperti mengajak naga untuk tinggal di taman. Naga itu menginjak-injak setiap tunas harapan baru dengan cakarnya yang bernama kekhawatiran.

Lalu, gula yang manis ternyata metamorfosa: "bisa pahit". Ia adalah embun yang rasanya legit tapi meninggalkan jelaga yang menyumbat aliran-air kesegaran di setiap selnya. Tak selalu baik untukmu, kurangilah.

Layar-layar yang menyala adalah lampu yang tak pernah padam, mengganggu ritme senja dan fajar di dalam taman, mengacaukan waktu tidur bagi kupu-kupu dan kumbang yang seharusnya beristirahat. Pastikan ada jadwal untuk layar gawai dan komputermu.

Dan ...                                                                ... hutang,
duduk terlalu lama,
serta

kurangnya tubuh bergerak ...
Adalah seperti tiga batu nisan                        yang                                                                menutupi tanah subur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun