Mohon tunggu...
SK Writer
SK Writer Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Gemar menulis dan memberikan informasi yang siapa tahu bermanfaat bagi kalian yang membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: tentang Lukisan dan Kenangan

15 April 2024   08:08 Diperbarui: 15 April 2024   08:10 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rani menoleh memperhatikan sang ibu dengan wajah penuh pertanyaan disana. 

"Iya, Arka anak baik Ma. Dia orang yang sangat baik dan aku enggak bisa melupakan kebaikan Arka dan akan selalu rindu di setiap detiknya, kenapa orang baik selalu pergi lebih awal?" tangis Rani sedih.

"Orang baik memang selalu begitu, Mama tahu... kehilangan orang yang kita cinta dan kita suka memang sangat menyakitkan, nak," kata Marni dengan suara penuh kasih sembari mengusap kepala anaknya pelan.

"Ma, aku enggak bisa ketemu sama Arka lagi."

Marni memeluk anaknya yang masih menangis itu, sudah sangat lama anaknya mengurung diri di kamar hanya untuk menangisi anak baik seperti Arka.

"Kita harus belajar menerima kenyataan dan melanjutkan hidup, kamu bisa bertemu dengan Arka nantinya. Kamu sekarang hanya bisa mendoakannya, kecelakaan ini sama sekali enggak bisa dihindari." 


Rani menatap ibunya dengan mata penuh keraguan, "Bisa kalau orang yang bawa mobil itu hati-hati! Rani baru bersama Arka baru sebentar, ini sangat salah. Bagaimana kalau Rani enggak bisa melanjutkan hidup tanpa Arka, Ma? Arka janji mau sama-sama dengan Rani dalam jangka waktu yang lama. Arka sudah janji Ma," isak tangis Rani masih terdengar.

Wanita paruh baya itu tampak memeluk anaknya dan mengusap kepalanya, "Arka.. mungkin memang sudah pergi dari duania ini, tapi dia buat kenangan dan cintanya akan selalu bersama kita dan dengan kamu. Dan tugas kamu sekarang adalah menjaga kenangan itu tetap hidup di dalam hati," Rani menatap sang ibu yang kini tersenyum manis.

Rani tampak merenung, memikirkan perkataan sang ibu. Tatapan matanya berpaling pada lukisan yang terpajang di dinding kamarnya.

Perlahan gadis cantik itu terlihat menyadari sesuatu. Arka memang telah pergi, cinta dan rasa sukanya abadi dan tersisa di dalam hatinya. Perasaan Arka juga begitu, apa ini arti dari Arka yang tidak menjawab perasaannya.

Pandangannya berdalih pada sang ibu yang masih disinya saat ini, "Ma... Rani enggak akan bisa melupakan Arka, tapi Rani enggak akan tenggelam dalam kesedihan dan akan menyimpan semua kenangan bersama Arka di dalam hati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun