Tiang penyangga hidupnya dipeluk rapat. Â
Terkadang letih meracik jadi murka,
"Bajingan!" terlantun dalam hati yang terkoyak. Â
 Sumpah serapah yang pahit dan pedas, Â
Tetap kau simpan di bantal, tak sampai merusak. Â
Di dasar kalbu yang terluka parah, Â
Mengalir deras rasa sayang yang tak mau mati. Â
Walaupun lelah dia tetap 'Merayu Tuhan'
"Ubahlah dia, Tuhan... Kembalikan dia padaku." Â
Ia bertahan.Â
Bukan karena luka tak perih, Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!