Mohon tunggu...
Shabina F
Shabina F Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Copy of My Mind

20-something living in the +621

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial, Kebebasan Berpendapat dan Fenomena Cancel Culture: Kritik terhadap New Mass Media

21 Oktober 2021   20:47 Diperbarui: 21 Oktober 2021   21:32 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di Indonesia sendiri, fenomena cancel culture tidak semarak atau seberbahaya seperti di Amerika Serikat atau belahan dunia lain, akan tetapi beberapa publik figur di Indonesia pernah menjadi korban dari fenomena ini. Pada awal tahun 2021, penyanyi Indonesia Nadin Amizah diserang oleh warganet hanya karena menyampaikan pandangan pribadinya. Berikut bunyi pernyataannya:

"Jadilah orang kaya, karena kalau kamu kaya kamu akan lebih mudah jadi orang baik. Dan saat kita miskin, rasa benci kita pada dunia itu sudah terlalu besar sampai kita nggak punya waktu untuk baik sama orang lain lagi." (Dikutip dari wawancara Nadin Amizah di kanal Youtube Deddy Corbuzier). 

Pandangan Nadin Amizah tersebut jika dicerna lebih jauh, sebenarnya tidak menghina atau pun mendiskreditkan kelompok atau pribadi tertentu, Nadin Amizah hanya mengungkapkan pandangan pribadinya. 

Akan tetapi, reaksi pengguna media sosial kemudian memaksa Nadin Amizah untuk meminta maaf hanya karena pendapat pribadinya. Kasus Nadin Amizah sebenarnya tidak terlalu berdampak buruk terhadap korban cancel culture, yakni Nadin Amizah sendiri. 

Ada banyak contoh lain, khususnya di Amerika Serikat, di mana cancel culture kemudian sampai bisa menghancurkan citra bahkan karier seorang publik figur. 

Di Indonesia, baru-baru ini kasus Saipul Jamil bisa menjadi contoh fenomena cancel culture yang menghancurkan karir seseorang. Saipul Jamil adalah seorang publik figur yang sempat dihukum karena perbuatan asusila terhadap anak-anak di bawah umur. Kemudian, setelah bebas dan muncul kembali di layar kaca, para warganet dan masyarakat menolak Saipul Jamil, bahkan muncul petisi yang memboikot Saipul Jamil dari industri hiburan Indonesia. 

Apakah Saipul Jamil layak menjadi korban cancel culture? Jawabannya kembali kepada pandangan masing-masing individu. Namun, apa yang ingin disampaikan di dalam tulisan ini adalah pengaruh media sosial dan fenomena cancel culture dapat mempengaruhi bahkan menghancurkan kehidupan seorang individu, ketika media sosial dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengungkapkan ujaran kebencian. Selain itu, dalam kasus Nadine Amizah, cancel culture dapat membuat seseorang takut untuk beropini, dan pada akhirnya mengekang kebebasan berpendapat. 

Referensi

Jonah Berger dan Katherine L. Milkman (2011). What Makes online Content Viral? Journal of Marketing Research, 1-17.

Putsanra, D. V. (2020, September 15). Penyebab RIP JK Rowling Jadi Trending: Bukunya Dinilai Transphobic. Retrieved from Tirto.id: tirto.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun