Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Fenomena Candu Media Sosial, Apa Solusinya?

30 Maret 2024   15:29 Diperbarui: 30 Maret 2024   15:30 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis pada taun 2023 sempat melihat tayangan youtube dari salah satu tokoh nasional sekaligus peneliti yakni Gita Wirjawan mengenai fenomena candu media dengan mengatakan bahwa " Saya melihat fenomena bahwasanya orang menggunakan media sosial selama 10 jam sehari yang kebanyakan hanya melihat tiktok, instagram,facebook, itu semua termasuk kanker. Mengapa ? Karena banyak konten yang bagus tetapi konten yang sampah (tidak mendidik) jauh lebih banyak dan itu saya berspekulasi itu berkolerasi dengan mental health" .

Bahkan menurut Baskara bahwa banyak studi yang meneliti hal ini dengan hasil kemungkinan rentan kena penyakit depresi klinis sangat tinggi. Sehingga survey dari Indonesia National Adolescent Mental Healty Survey ( I-NAMHS) pada 2022 menunjukkan satu dari tiga remaja Indonesia engan rentang umur 15-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Ini sungguh memprihatinkan, ditengah kemajuan teknologi dengan kecepatan informasinya ternyata menimbulkan penyakit baru.

Bahkan terkait permasalahan kesehatan mental ini teman penulis pun ketika bertemu mengakuinya sehingga dia berobat kepada psikolog. Diantaranya yang membuat dia terkena penyakit itu adalah banyaknya beban tugas dan rindu keluarga disebrang pulau. Apakah dengan mudahnya mendapatkan informasi sekarang ini melalui media sosial membuat mental para pemudanya rapuh jika terdapat rintangan didepannya ? Ini hal menarik yang perlu didiskusikan.

Dilansir dari website RSUP Dr.Sardjito, kesehatan mental merupakan keadaan dimana seseorang menyadari potensi yang dimilikinya dengan mampu mencari solusi dari tekanan hidup, bekerja produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat. Gejala orang yang mengalami gangguan kesehatan mental diantaranya adalah mudah marah, merasa putus asa, rendah diri, cemas, dan khawatir yang berlebihan. 

Oleh karena itu sebagaimana puasa dari sisi medis bertujuan menetralisir racun atau sel-sel mati didalam tubuh, puasa media sosial ini sungguh diperlukan sekarang ini.  Menurut survey Pew Reseacrh Center 2018 bahwa penggunaan media sosial seperti youtube (digunakan 85 persen remaja), Instagram ( 72 persen), dan Snapchat ( 69 persen). Hal ini mengkonfirmasi bahwa anak zaman sekarang menjadikan media sosial sebagai kebutuhan. Menurut Globalwebindex tahun 2018 mengatakan bahwa antara usia 16-24 tahun  menghabiskan waktu bermain media sosial sebanyak 3 jam perhari dan jika lebih dari 3 jam maka beriso terhadap masalah kesehatan mental yakni citra diri.Lantas bagaimana caranya melakukan puasa media sosial ? 

  • Jika puasa media sosial secara total sungguh tidak mungkin dilakukan, karena sekarang semua hal berbasis teknologi,namun perlunya membatasi idealnya menggunakan media sosial 10 menit hingga 30 menit saja setiap harinya. Atau jika tidak bisa lakukan hal ini dihari libur.
  • Bagi orangtua harus memiliki ketegasan dalam hal parenting khususnya penggunaan waktu bermain media sosial karena masa pembentukan pola anak dimulai dari sekitar umur 3 tahun hingga 11 tahun. 
  • Ajak diri atau keluarga untuk ikut bersosialiasi dengan masyarakat, entah melalui ikut organisasi atau hanya sekedar ikut gotong royong di kampung.
  • Sharing informasi dengan teliti, jangan asal kirim jika tidak yakin sumbernya terpercaya.
  • Perbanyak agenda aktivitas yang disesuaikan potensi diri atau keluarga.

Penulis pun pernah melakukan puasa media sosial ini sehari ketika hari libur, dampak positifnya adalah banyak hal yang dapat dilakukan seperti membersihkan rumah, membaca buku dengan maksimal, mencuci motor, dan tidur lebih nyenyak. Walaupun setelah hari itu tiba-tiba banyak chat yang berdatangan entah dari grup ataupun dari personal orang. Bahkan dikira kita menghilang oleh orangtua penulis. Oleh karena itu bagi pembaca yang ingin puasa media sosial secara total, harap lapor dulu dengan anggota keluarganya atau orangtuanya agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun